Senin, 01 November 2010

Apakah Kau Bisa Bawa?

"Apakah Kau Bisa Bawa?"


Suatu pagi di rumah saya di Abepura-Papua, saya baru saja selesai doa pagi, sekitar pukul 05:30. Saya membuka tirai jendela. Ada sesuatu yang menarik perhatian. Saya melihat ada dua anak laki-laki di seberang jalan, yang besar berusia sekitar 5 tahun dan yang kecil 3 tahun. Mereka asyik mengumpulkan kayu-kayu kecil, dimasukkan ke dalam kantong plastik, lalu ditarik dengan kereta kayu beroda sederhana. Mereka menemukan satu kayu yang cukup besar dan berat. Mereka berusaha membawanya, tetapi tampak kesulitan.

Terdengar anak yang lebih kecil bertanya dengan serius: "Apakah kau bisa bawa?" Anak yang lebih besar tidak menjawab, dia sibuk berusaha mengangkat kayu besar itu. Akhirnya dia berhasil memanggul kayu di bahunya dan mulai berjalan. Saya ikuti kedua anak itu untuk mengetahui tempat tinggal mereka. Ternyata mereka mencari kayu untuk membuat api di rumah.

Saya sangat terpesona dengan apa yang saya lihat pagi itu. Anak-anak yang masih sangat muda, yang biasanya masih disuap, dimandikan, ditolong dalam banyak hal, yang seharusnya masih dalam masa bermain, sekolah di Taman Kanak-kanak atau play group, pagi itu, saya melihat anak-anak yang dipaksa untuk memikul tanggung jawab keluarga. Mereka harus bekerja setiap kali rumah memerlukan kayu untuk memasak. Dan mereka melakukan tugasnya dengan sungguh-sungguh.

Kita memang harus bekerja, entah di rumah, kantor, lapangan, baik sebagai karyawan, freelancer, ibu rumah tangga, atau apa saja. Ada yang bekerja karena harus, ada yang sukarela, ada pula yang karena keinginan. Tetapi apa pun bentuk pekerjaan kita dan pendorongnya, setiap pekerjaan membutuhkan tanggung jawab dari yang mengerjakannya.

Tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan, tanggung jawab sosial dalam hubungan dengan orang-orang sekitar, dan tanggung jawab moral untuk mengerjakannya dengan benar.

1 Korintus 10:31 mengatakan, apa pun yang kita lakukan haruslah untuk kemuliaan Tuhan. Setidaknya ada dua hal yang dapat kita ambil dari ayat ini.

Pertama, kata "apa pun" mengandung arti semua akitivitas, tidak hanya ketika kita melayani di gereja tapi dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan. Termasuk di dalamnya ketika kita bekerja di kantor, di rumah, pekerjaan yang penting sebagai direktur atau pimpinan sampai pekerjaan sedehana yang tidak dianggap penting.

Kedua, "untuk kemuliaan Tuhan", berarti Tuhan menjadi motivator sekaligus tujuan kita dalam bekerja. Kita bekerja, bukan sekadar karena uang atau karena ambisi pribadi, tetapi tujuan yang paling dalam adalah untuk memuliakan Tuhan.

Kesadaran ini akan membawa kita pada cara bekerja yang benar dan menghindari hal-hal yg berdosa. Juga akan membawa kita pada tanggung jawab yang benar untuk melakukan segala sesuatu dengan yang terbaik. Ketika kita menempatkan Tuhan sebagai yang utama, maka hal-hal baik sebagai buah pelayanan kita akan mengikuti.

Lakukanlah pekerjaan dengan yang terbaik entah dilihat orang atau tidak, entah mendapatkan sesuatu atau tidak, karena Tuhan melihat hati. Memiliki tujuan yang benar dalam bekerja, memberikan kesaksian yang memuliakan Tuhan. —Lisa Handoko

Tanggung jawab, kejujuran dan kesungguhan dalam pekerjaan sudah menjadi barang langka di dunia bisnis dan kerja, seperti mata uang emas yang sangat berharga. Pastikan Anda memilikinya.

Best regards
Christovita Wiloto
http://www.wilotocorp.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar