Kamis, 18 November 2010

Menanggapi Dengan Tepat

Menanggapi Dengan Tepat

Matius 11: 15-17
11:15 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!11:16. Dengan apakah akan
Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan
berseru kepada teman-temannya:11:17 Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu
tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.

Seorang mahasiswa yang dikirim orang tuanya untuk berkuliah di suatu perguruan
tinggi harus membiasakan dirinya bangun pagi untuk pergi kuliah dan belajar
dengan sungguh-sungguh, agar tidak menyia-nyiakan pengorbanan orang tuanya yang
berjerih lelah membiayainya. Mahasiswa yang tidak mau belajar giat demi masa
depannya adalah anak yang bodoh. Bukankah orang tua melakukan segala usaha demi
kebaikan anak itu sendiri? Kalau si anak tidak mau mengerti hal ini, berarti ia
menjerumuskan dirinya kepada kehancuran.
Tuhan Yesus adalah pokok keselamatan (Ibr. 5:9). Orang yang bisa mencapai
kesempurnaan iman seperti-Nya ialah mereka yang mau taat kepada-Nya. Taat
berarti mematuhi perintah yang didengar, atau menanggapi perintah-Nya dengan
tepat. Sudahkah kita memahami bahwa kematian Tuhan Yesus di kayu salib bermaksud
menebus kita dari cara hidup yang salah? Sudahkah ada perjuangan yang kita
lakukan untuk ini? Banyak orang hanya merayakan kebaikan Tuhan, pengorbanan-Nya
di kayu salib untuk menebus kita, berkat-berkat-Nya, pemeliharaan dan kuasa-Nya,
tetapi tidak mengerti tanggung jawab yang harus dipikul sebagai anak-anak Tuhan,
yaitu belajar menjadi saleh demi keselamatan dirinya sendiri.
Firman Tuhan sesungguhnya jelas menyerukan tanggung jawab ini, tetapi nyatanya
banyak orang yang tidak menanggapinya dengan benar, tidak mau dengar-dengaran.
Mereka merasa yang penting masuk surga, dan yakin masuk surga. Ini seperti
mahasiswa yang asal pergi kuliah ke kampus, dan beranggapan yang terpenting
baginya adalah, "Pokoknya lulus." Padahal yang terpenting baginya adalah
bertanggung jawab belajar dan memahami apa yang diajarkan, agar ilmunya dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan sesudah ia lulus nanti.
Berkenaan dengan hal ini Tuhan Yesus mengumpamakannya dalam suatu puisi, "Kami
meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari; kami menyanyikan kidung duka,
tetapi kamu tidak berkabung" (ay. 17). Maksud pernyataan ini adalah bahwa banyak
orang tidak menanggapi panggilan-Nya secara tepat; tidak mau memahami Firman-NYA
secara tepat. Mereka bertelinga, tetapi mereka tidak mendengar (ay. 15).
Sesungguhnya panggilan bertobat sama dengan panggilan berubah; bukan hanya dari
perbuatan yang salah, tetapi dari cara hidup yang salah. Cara hidup di sini
dimotori oleh pola berpikir. Perubahan ini harus diperjuangkan dengan sangat
serius.

Kita harus menanggapi panggilan Tuhan melalui mempertanggungjawabkan iman kita
dengan benar.


Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
http://virtuenotes.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar