Jumat, 12 November 2010

Fungsi Doa Syafaat (2)

FUNGSI DOA SYAFAAT (2)

Seorang pendoa syafaat tidak dibentuk mulai dengan suatu beban untuk
berdoa, melainkan dengan suatu beban untuk mengasihi -- suatu beban
yang pada akhirnya akan memimpin pendoa syafaat itu kepada suatu
kegiatan doa penuh belas kasihan yang sangat dalam yang mengalir ke
luar dari tujuh fungsi doa syafaat.

(Fungsi pertama dan kedua dapat Anda baca pada edisi 19)

1. Panggilan untuk Melayani

2. Panggilan Untuk Berperang

3. Panggilan untuk Menjadi Sama dengan Orang Lain

Doa syafaat adalah tindakan untuk menjadi sama dengan orang lain.
Seorang pendoa syafaat yang telah menyerahkan diri sepenuhnya
untuk tugas tersebut seringkali mendapatkan bahwa keterlibatan
dengan orang lain sangat memengaruhi pola hidupnya. Sebagaimana
Paulus mengingatkan orang-orang percaya di Korintus: "Sungguhpun
aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari
semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.
Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi,
supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang
lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat
menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah
menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan
beberapa orang dari antara mereka." (1 Korintus 9:19-20a; 22).

Baik roh melayani maupun roh berperang, keduanya terkait pada roh
pengindentifikasian. Melayani adalah tunduk kepada dan menolong
orang lain. Berperang demi orang lain adalah masuk ke dalam
peperangan rohani dan menangkis serangan-serangan setan.
Pelayanan seperti itu dengan jelas memerlukan roh untuk menjadi
sama dengan mereka yang membutuhkan disertai dengan kemauan untuk
menyesuaikan dengan gaya hidup seseorang, jika perlu, untuk
menolong memenuhi kebutuhan tersebut. Apa artinya menjadi sama
dengan seseorang dalam doa syafaat? Apakah itu berarti menjadi
lebih peka terhadap kebutuhan orang lain, bahkan sampai kepada
titik menyangkal diri sendiri apa pun yang diperlukan untuk
menolong meringankan kebutuhan tersebut. Sebagai contoh, para
pendoa syafaat belajar untuk mendengarkan "yang tersirat" ke mana
pun mereka pergi. Pembicaraan yang biasa sesungguhnya dapat
menjadi sebuah daftar doa yang tidak tertulis bagi pendoa syafaat
yang peka.

Belajar untuk menjadi sama dengan orang lain dalam doa adalah
suatu pelajaran utama yang unik yang Tuhan ajarkan kepada saya
sepuluh tahun yang lalu. Selama berhari-hari, berita-berita dalam
surat kabar dan televisi dipenuhi dengan rincian mengenai keadaan
sandera yang menyangkut 153 siswa sekolah dasar yang disandera
oleh teroris di Negeri Belanda. Para teroris mengancam akan
membunuh seorang anak setiap kali jika tuntutan mereka tidak
dipenuhi. Sejak hari terjadinya krisis saya mohon kepada Tuhan
untuk melindungi anak-anak tersebut dan agar mereka dapat
dibebaskan dengan selamat. Lalu terjadilah hal yang aneh.
Beberapa hari setelah krisis terjadi, ancaman para teroris
semakin bertambah. Hari itu, pagi-pagi sekali, di kapel doa saya
yang terletak di halaman belakang terjadi hal yang luar biasa.
Pikiran saya dipenuhi dengan sebuah gambar. Tetapi itu lebih dari
sekadar gambar mati .... gambar itu hidup dan saya berada di
dalamnya. Saya berdiri di sekolah dengan 153 siswa yang disandera
tersebut. Saya dapat melihat anak laki-laki dan perempuan dengan
mata rohani saya. Tetapi kemudian saya melihat sesuatu yang
mengejutkan. Hanya 151 siswa yang berkebangsaan Belanda; yang dua
lainnya adalah putri kami, Dena dan Giner, yang masing-masing
berusia enam dan sembilan tahun.

Secara alamiah saya tahu hal ini tidak mungkin. Kedua anak gadis
kami berada kurang dari seratus meter jauhnya, mereka sedang
terlelap tidur di atas tempat tidur yang nyaman. Tetapi saya lupa
akan hal tersebut. Saya telah masuk ke dalam pesan seorang pendoa
syafaat yang menjadi sama dengan seseorang dan Roh Kudus telah
mendorong saya ke dalam suatu doa yang sungguh-sungguh yang tidak
pernah saya alami sebelumnya. Perasaan marah meliputi saya dan
saya mulai memerintahkan para teroris untuk melepaskan anak-anak.
Saya memukulkan tinju saya pada telapak tangan saya yang lain
ketika saya berdoa. Saya mengacungkan jari saya dengan otoritas
ketika saya memerintahkan kepada mereka untuk melepaskan
anak-anak. Saya menangis. Saya berteriak. Saya gemetar. Dan
tiba-tiba saya merasa menang. Sebagaimana doa itu tiba-tiba saja
terjadi demikian pula dengan tiba-tiba doa itu berhenti.

Tidak lama setelah itu saya meninggalkan kapel doa saya di
halaman belakang dan saya menuju ke kantor saya. Rasa menang itu
begitu nyata sehingga saya tidak memikirkannya lagi sampai ketika
saya duduk di meja makan malam hari itu bersama istri dan
anak-anak kami. Pesawat televisi dibiarkan menyala di ruang
keluarga dan saya dapat melihat ke layarnya dari sudut mata saya.
Saya sedang menyuapkan satu sendok penuh kentang ke mulut saya
ketika siaran berita dimulai. Pembawa berita, Walter Cronkite,
mulai dengan kata-kata, "Kami memunyai berita gembira dari Negeri
Belanda!" Saya terpaku dan berbalik melihat ke layar televisi.
"Kami baru saja menerima kabar bahwa telah terjadi suatu
terobosan dalam krisis penyanderaan yang terjadi di Negeri
Belanda. Tiga dari 153 orang anak telah dibebaskan," Cronkite
melanjutkan. Ini bisa menjadi permulaan dari berakhirnya krisis
yang mengerikan ini." Reaksi saya mengherankan saya. Bukannya
saya meneriakkan teriak kemenangan, melainkan air mata mengalir
keluar dari mata saya dan saya meletakkan kembali sendok yang
penuh dengan kentang ke piring saya. Keluarga saya tidak tahu apa
yang saya lakukan. Yesus, saya berkata dalam hati, saya tidak
minta hanya tiga anak, saya minta agar mereka semua dibebaskan.
Dan itu adalah doa yang lahir dari Roh-Mu.

Pada saat itu suatu ledakan keberanian baru timbul dalam diri
saya dan saya memukulkan tinju saya dengan keras ke atas meja,
sambil menyatakan di depan keluarga saya yang terkejut, "Dan saya
menuntut mukjizat itu terjadi sekarang juga!" Apa yang kemudian
terjadi akan membuat saya tercengang sampai nanti pada hari saya
mati. Pada saat yang sama ketika saya memukul meja acara siaran
televisi disela dengan suatu siaran berita. Walter Cronkite
diganti dengan seorang penyiar dari stasiun CBS lokal yang
tergabung: "Kami menyela siaran ini untuk membawakan berita yang
terbaru mengenai krisis penyanderaan di negeri Belanda. Berita
yang disampaikan oleh bapak Cronkite adalah rekaman yang telah
dibuat terlebih dahulu untuk ditayangkan di Pantai Barat dan
tidak lengkap. Seluruh siswa yang berjumlah 153 anak telah
dibebaskan pagi ini."

Saat itu merupakan waktu kemenangan yang tidak akan pernah bisa
saya lupakan. Tentu saja saya bukanlah satu-satunya orang percaya
yang berdoa, tetapi saya tahu bahwa doa-doa saya telah membuat
suatu perubahan. Yang paling mengesankan bagi saya adalah sarana
yang Tuhan pakai -- yaitu kuasa untuk menjadi sama dengan orang
lain. Jalan menuju doa syafaat dimulai dengan suatu kemauan untuk
menjadi sama dengan sakit hati dan kecemasan orang lain. Kita
harus ingat bahwa Yesus datang dari kemuliaan keindahan kekal
untuk "berdiam di antara" umat manusia (atau "memasang
kemah-Nya", seperti yang diartikan dalam kata Yunani) sehingga Ia
dapat membayar harga dari keterlibatannya (Yohanes 1:14).

4. Panggilan untuk Berbagi

Doa syafaat adalah berbagi. Dalam mengutus murid-murid-Nya,
Kristus memberikan serangkaian perintah yang menerangkan dengan
singkat dasar dari pelayanan mereka. Sebuah tugas sederhana dari
keseluruhan daftar itu berisi, "Kamu telah memperolehnya dengan
cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma." (Matius
10:8b). Sayang sekali, banyak orang percaya masih harus belajar
rahasia memberi dengan rela. Mereka memberi, tetapi tidak dengan
kemurahan hati yang tidak terbatas. Kita melihat bahwa perintah
Kristus kepada murid-murid-Nya melebihi dari sekadar memberi. Ia
berkata, "berikanlah dengan cuma-cuma" Inti dari doa syafaat yang
berarti adalah kemauan untuk memberi. Dan seringkali kemauan
mengalir bukan dari kemakmuran, tetapi dari keadaan yang miskin.
Dalam menggambarkan gereja-gereja di Makedonia, Paulus berkata,
"Walaupun mereka telah mengalami banyak kesusahan dan kesulitan,
keadaan mereka yang sangat miskin telah bercampur dengan sukacita
yang mengagumkan, dan hasilnya ialah melimpahnya pemberian mereka
kepada orang lain." (2 Korintus 8:2, FAYH)

Mengenai gereja ini Paulus menambahkan: "Mereka memberikan bukan
hanya apa yang dapat mereka berikan, melainkan lebih daripada
itu. Saya dapat memberi kesaksian bahwa mereka melakukannya
dengan rela hati, bukan karena paksaan dari pihak saya. .... Dan
mereka memberi dengan cara yang sama sekali tidak pernah kami
harapkan...." (8:3,5) Pada masa-masa permulaan dari pelayanan
sekolah doa kami, suatu hari kami membutuhkan dana sebesar AS$
5.000 untuk membayar tagihan yang harus dibayar pada hari itu.
Hati saya serasa jatuh ketika saya pergi ke kantor pos dan hanya
mendapatkan seberkas surat-surat dari para pendukung kami.
Setelah membuka surat yang pertama sepertinya tidak menolong saya
keluar dari kesulitan saya. Isinya hanya 71 sen.

Tetapi kemudian saya membaca kesaksian yang disertakan dengan
pemberian tersebut yang ditulis oleh seorang ibu atas nama
putrinya yang berumur enam tahun. Selama beberapa tahun ibu ini
mendukung pelayanan kami dengan mengirimkan persembahan yang ia
sisihkan dari uang belanjanya setiap bulan. Bulan sebelumnya ia
telah mengirim $20, yang telah kami beri tanda terima dengan
mengirim kartu ucapan terima kasih dan sebuah permohonan doa
mengenai uang gaji kami. Dan ia mendoakannya. Doanya didengar
oleh putrinya yang berumur enam tahun. Surat ibunya menceritakan
kepada saya apa yang terjadi kemudian. "Malam ini saya kembali ke
dalam kamar putri kami, Elisa, yang berumur enam tahun. Elisa
mengasihi Yesus dengan sungguh-sungguh. Ia mengundang Yesus masuk
ke dalam hatinya ketika ia berumur empat tahun. Ketika saya
membereskan pakaiannya, saya terkejut mendengar suaranya. "Mami,"
Elisa berkata, "Tuhan baru saja mengatakan kepada saya untuk
memberikan semua tabungan saya kepada pelayanan Dick Eastman,
orang yang ibu doakan hari ini." Menurut ibu Elisa, anak yang
berumur enam tahun itu matanya berair ketika ia mengatakan itu,
sebagian penyebabnya adalah karena uang tabungannya yang
berjumlah 71 sen itu telah ditabung dengan susah payah untuk
membeli sebuah mainan yang sangat diinginkan oleh Elisa.

"Sangat sulit sekali bagi Elisa untuk memberikan semua
tabungannya", ibu dari anak yang berumur enam tahun itu menulis,
"karena dia ingin sekali mendapatkan mainan tersebut. Tetapi ia
mengatakan kepada saya bahwa ia ingin lebih menaati Tuhan. Jadi,
Saudara Dick, terlampir adalah sebuah persembahan sebesar 71 sen.
Ini adalah lebih dari apa yang pernah saya kirim, karena walaupun
setiap persembahan yang saya berikan adalah suatu pengorbanan,
tetapi saya tidak pernah memberikan semua yang saya miliki "
Sepertinya ada roh kemurahan yang dilepaskan di antara para
pendukung kami. Ketika sisa dari berkas surat-surat yang tidak
seberapa itu dibuka pagi itu, ternyata kami telah mengumpulkan
$8.500 sebagai persembahan dan itu semua dimulai dengan pemberian
Elisa sebesar 71 sen.

5. Panggilan untuk Memerintah

Doa syafaat adalah memerintah. Doa syafaat adalah memerintah
dengan otoritas. Kepada nabi Yeremia, yang mungkin dapat
digambarkan dengan lebih tepat sebagai "pendoa syafaat profetik",
Tuhan berkata: "Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau
atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan
merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun
dan menanam." (Yeremia 1:10) Yeremia bukan seorang raja atau
pemimpin politik. Namun ia diangkat untuk memerintah atas
"bangsa-bangsa" maupun "kerajaan-kerajaan". Penting sekali untuk
diketahui bahwa ada dua alam otoritas -- bangsa-bangsa dan
kerajaan-kerajaan. Kerajaan-kerajaan di sini berbicara tentang
pemerintahan rohani atas suatu daerah yang tidak kelihatan,
sedangkan bangsa-bangsa berbicara tentang kepemimpinan secara
lahiriah atas suatu daerah yang nyata. Garis besar peran Yeremia
sebagai seorang pendoa syafaat telah dinyatakan dengan jelas.

Panggilannya dimulai dengan tugas untuk "mencabut". Untuk menjadi
seorang pendoa syafaat yang efektif berarti harus pergi ke sumber
masalah tersebut yaitu akarnya. Akar adalah sumber daya yang
tersembunyi dari sebuah tumbuhan. Ketika berurusan dengan
kerusakan moral, maka akar menunjuk kepada kekuatan jahat yang
tidak kelihatan yang menyebabkan kerusakan. Jadi Yeremia
ditugaskan untuk menyingkirkan "akar-akar kerusakan" yang
mencemarkan bangsa mereka melalui doa syafaat. "Mencabut" dalam
doa berarti menembus dalam sekali ke dalam suatu keadaan rohani
sehingga kita dapat langsung berurusan dengan sumber utama dari
keadaan tersebut. Di samping itu Yeremia harus "merobohkan"
rintangan-rintangan yang telah dibangun untuk menghalangi
pemberian yang terbaik dari Tuhan kepada umat-Nya.

Merobohkan artinya memindahkan dari suatu kedudukan yang tetap.
"Merobohkan" sesuatu menunjukkan bahwa kita memindahkan sesuatu
yang telah diletakkan di tempat yang tinggi. Untuk masa sekarang
hal tersebut dapat menunjuk kepada seorang diktator yang telah
diangkat untuk memegang kekuasaan dan bercokol dalam kedudukannya
yang tinggi itu. Kemudian Yeremia diperintahkan untuk
"membinasakan" rintangan-rintangan ini. Menghancurkan artinya
"menaklukkan atau mengalahkan seseorang atau sesuatu sama
sekali". Masih ada lagi. Yeremia diperintahkan untuk
"meruntuhkan" apa yang menjadi takhta Setan. Meruntuhkan bahkan
memunyai arti lebih keras dari merobohkan. Meruntuhkan artinya
"membuang atau memindahkan sesuatu dengan cepat dan dengan tenaga
yang besar". Pada perjalanan saya yang pertama ke Tiongkok di
tahun 1978, saya sering melihat meja-meja yang dipenuhi dengan
tumpukan tinggi Buku Kecil Merah dari Mao Zedong yang merupakan
kumpulan dari ungkapan-ungkapan politik yang berbau atheis.
Revolusi Kebudayaan pada tahun 1960-an sebagian besar berasal
dari sebuah kesetiaan yang ketat pada ajaran yang terdapat dalam
Buku Kecil Merah ini.

Saya memutuskan untuk membawa pulang sebuah buku untuk dipakai
pada waktu doa syafaat saya. Saya taruh buku kecil itu di kapel
doa saya di halaman belakang rumah dan bilamana saya mulai dengan
doa syafaat saya, saya diingatkan untuk berdoa bagi pelepasan
rohani negara Tiongkok. Hari demi hari selama lebih dari dua
tahun saya memegang Buku Kecil Merah bersampulkan vinil di tangan
saya, dan memerintahkan agar disingkirkan dari masyarakat
Tiongkok. Doa-doa saya hampir selalu keras. Saya berteriak
melawan pengaruh dari buku ini, karena sering teringat bagaimana
saya melihat anak-anak muda membacanya di tanah lapang di
Tiongkok seakan-akan mereka sedang mempelajari Alkitab dalam
kelompok kecil. Bayangkan betapa herannya saya ketika kemudian
saya mengunjungi Hong Kong dan melihat sebuah berita halaman
depan dengan gambar Mao Zedong yang ditumbangkan -- diruntuhkan
-- di seluruh negara Tiongkok. Saya baca setiap kata dari berita
dalam bahasa Inggris itu. Satu kalimat menimbulkan suatu
kegembiraan yang istimewa: "Dan mengenai nasib Buku Kecil Merah
dari Mao Zedong, sepertinya hilang dari permukaan bumi."

Tetapi panggilan Yeremia belum lengkap. Masih ada dua tanggung
jawab penting yang tertinggal. Apa yang dimulai dalam keadaan
negatif sekarang menjadi positif. Sekarang Yeremia diperintahkan
untuk "membangun" dan "menanam". Membangun artinya "memberi
bentuk pada sesuatu sesuai dengan sebuah rencana atau proses
tertentu", atau "membangun dan menguatkan". Pendoa syafaat tidak
hanya harus menyingkirkan rintangan-rintangan melalui doa-doa
mereka, tetapi mereka harus menolong menempatkan sesuatu pada
tempat yang telah disingkirkan sebagai gantinya. Jadi, pendoa
syafaat tidak hanya berdoa agar seorang pemimpin yang jahat
disingkirkan, tetapi ia juga harus berdoa supaya pemimpin yang
benar akan dibangkitkan. Demikian pula menanam adalah unsur yang
penting bagi doa syafaat yang efektif. Menanam artinya "menaruh
sesuatu pada suatu tempat di mana ia mempunyai kemampuan untuk
tumbuh". Doa syafaat di sini melebihi dari doa untuk suatu
kebutuhan. Doa syafaat yang "menanam" melibatkan tindakan, dengan
menerapkan jawabannya kepada doa-doa kita sendiri.

6. Panggilan untuk Menangis

Doa syafaat adalah menangis. Doa syafaat adalah hancur hati di
hadapan Tuhan. Pemazmur berbicara tentang aspek kepekaan dalam
doa syafaat ketika ia berkata: "Orang-orang yang menabur dengan
mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang
yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti
pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya."
(Mazmur 126:5-6)

Air mata yang membasahi kita adalah sangat penting sekali dalam
doa syafaat yang berkemenangan. Kita melihat bahwa air mata
sering sekali disebut dalam Alkitab. Misalnya ada air mata karena
sedih dan penderitaan (2 Raja-Raja 20:5) dan air mata karena
sukacita dan belas kasihan (Kejadian 33:4; Yohanes 11:35). Ada
air mata karena putus asa (Ester 4:1,3) maupun air mata karena
kesakitan waktu melahirkan (Yesaya 42:14) dan pertobatan (Yoel
2:12-13). Dalam Alkitab, air mata digambarkan sebagai sesuatu
yang disimpan Tuhan dalam botol (Mazmur 56:8, FAYH; TL "kirbat"),
yang menunjukkan bahwa Tuhan menjunjung tinggi orang yang lembut
hatinya.

Air mata adalah air bagi benih rohani yang kita tanam, dan dengan
demikian meyakinkan kita akan suatu tuaian yang berlimpah sebagai
hasil dari kehancuran hati kita. Lebih dari sekadar suatu
lampiasan emosi pada doa-doa kita, maka air mata menjadi doa-doa
itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan oleh Charles Spurgeon, "Air
mata adalah doa yang cair!"

7. Panggilan untuk Mati

Doa syafaat adalah mati. Mati bagi diri sendiri. Kepada
orang-orang percaya di Roma, Paulus menulis, "Demikian juga
dengan kamu; kamu sendiri harus melihat bahwa kamu sudah mati
terhadap dosa dan melihat dirimu sendiri sudah hidup untuk Allah
melalui Kristus Yesus." (Roma 6:11, FAYH) Kata yang diterjemahkan
"melihat" di sini berarti "mendekati sesuatu seolah-olah".
Sebagai pendoa syafaat kita harus menghadapi setiap keadaan dan
kenyataan seolah-olah "mati" terhadap semua prasangka atau
pertimbangan duniawi. Mati artinya "tanpa perasaan".

Perhatikan juga pentingnya kata "Demikian juga" dalam ayat
tersebut. Sesungguhnya artinya "pada kenyataannya", "sebenarnya",
atau "sudah jelas". Dengan kata lain, kita harus berlaku
seolah-olah kita sudah sungguh-sungguh mati. Doa syafaat yang
efektif menuntut kita mati bagi diri sendiri. Dan di dalam
istilah rohani itu adalah mati yang sungguh-sungguh, yang
sebenarnya -- "sudah jelas!"

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Kasih yang Bertumpu pada Lutut
Judul buku asli: Love on Its Knees
Penulis: Dick Eastman
Penerjemah: Liana Kosasih
Penerbit: Nafiri Gabriel, Jakarta 2000
Halaman: 34 -- 43
______________________________________________________________________
KESAKSIAN DOA

KUBA: TOM WHITE

Ketika tutup kepala hitam itu ditutupkan ke kepala Tom White, dia
tidak tahu kalau dia bakal dapat melihat terang lagi. "Ke mana kamu
akan membawaku?" dia bertanya kepada pengawal. Pengawal-pengawal itu
tidak menjawab.

Secara sembunyi-sembunyi Tom telah membawa buku-buku Kristen ke Kuba
selama tujuh tahun. Dia dan orang-orang lainnya telah menjatuhkan
traktat Injil dari pesawat terbang ke lautan di sekitar pulau
Komunis itu. Namun dia tidak pernah mendengar dari orang Kristen di
Kuba bahwa traktat itu telah sampai.

"Tolong, Tuhan," Tom berdoa, "beri kami kepastian bahwa apa yang
kami kerjakan ini membawa hasil."

Sekarang, enam minggu kemudian, dia dibawa untuk bertemu seorang
petugas intelijen Kuba, Kapten Santos. Pesawat mereka telah
mengalami kecelakaan di Kuba, dan Tom serta pilotnya, Mel Bailey,
ditangkap dan dituduh telah mengancam stabilitas negara itu.

"Orang-orang kami telah menemukan ini semua di pantai dan di
ladang-ladang!" teriak Kapten Santos, dengan memegang salah satu
paket yang telah dijatuhkan bertahun-tahun sebelumnya.

Tom mencoba untuk tersenyum. "Terima kasih Tuhan," dia berdoa,
"untuk jawaban-Mu atas doaku. Terima kasih untuk pekerjaan yang
tidak sia-sia ini.

Jawaban atas doa Tom ini mahal harganya. Dia dipenjara selama dua
puluh satu bulan di penjara Kuba. Tetapi di dalam penjara Fidel
Castro, dia bertemu dengan banyak anggota gereja dan mengetahui
bahwa tubuh Kristus terus berkembang sekalipun di bawah pemerintahan
Castro. Allah menjawab doanya.

Apakah orang percaya tahu apa artinya memperoleh jawaban yang mahal
atas doa? Jika kita menginginkan jawaban Allah atas doa kita, kita
harus bersedia menerima jawaban-Nya dalam situasi apa pun. Jawaban
yang mahal atas doa adalah jawaban yang melibatkan kita dalam
prosesnya. Kita menaikkan doa kita kepada Allah, namun apakah kita
juga menawarkan nyawa kita jika memang diperlukan?

Kita mungkin sering berdoa untuk mereka yang menderita aniaya. Tapi
bagaimana jika kita diminta untuk menolong mengirimkan makanan dan
bantuan melalui kesempatan pekerjaan misi yang ditawarkan di gereja?
Jika kita meminta Allah untuk menolong kita saat kita memerlukannya,
kita juga harus menjawab ketika Dia meminta kita untuk ikut ambil
bagian dalam pemecahan masalah itu. Apakah ada masalah yang sudah
Anda doakan dan Anda belum mendapat jawaban yang pasti? Mungkinkah
ini karena Allah menunggu kesediaan Anda untuk ikut ambil bagian?

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Jesus Freaks
Penyusun: Toby McKeehan dan Mark Heimermann
Penerbit: Cipta Olah Pustaka, 1995
Halaman: 37

Tidak ada komentar:

Posting Komentar