Senin, 08 November 2010

"Sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja"

"Sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja"
(Tit 1:1-9; Luk 17:1-6)

"Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini. Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia." Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: "Tambahkanlah iman kami!" Jawab Tuhan: "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu." (Luk 17:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Orang yang tidak atau kurang beriman memang dapat menjadi batu sandungan bagi orang lain atau penyesatan, sebaliknya orang yang sungguh beriman menumbuhkan, membangkitkan dan meneguhkan mereka yang lemah lesu dan tak bergairah dalam kehidupan. "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar bidi sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu", demikian sabda Yesus. Maka sebagai orang-orang beriman marilah kita mawas diri: sejauh mana cara hidup dan cara bertindak kita dijiwai oleh iman, sehingga segala sesuatu yang baik yang kita dambakan senantiasa menjadi kenyataan alias terwujud, kita senantiasa sukses atau berhasil dalam tugas pengutusan atau pekerjaan kita masing-masing. Jika kita memiliki dambaan, cita-cita atau harapan yang indah, baik dan mulia, hendaknya hal itu dijiwai oleh iman. Dambaan, cita-cita atau harapan tersebut kita pikirkan sungguh-sungguh dan kemudian kita komunikasikan kepada orang lain, sehingga apa yang kita pikirkan tersebut mempengaruhi jaringan syaraf dan otot kita untuk mewujudkannya. Dengan ini kami berseru kepada mereka yang merasa dalam penderitaan atau kesengsaraan: milikilah iman dan sekecil apapun iman anda teguhkan dengan harapan dan kasih, sehingga anda akan memperoleh jalan untuk melepaskan diri dari penderitaan atau kesengsaraan. Meneguhkan dengan harapan dan kasih berarti dalam penderitaan atau kesengsaraan tetap bergairah dalam menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan, bekerja keras melaksanakan apa yang menjadi tugas atau pekerjaannya.
• "Sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya" (Tit 1:7-9). Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan, refleksi atau pedoman hidup bagi para pengurus paguyuban umat Allah atau umat beriman, seperti pastor/pendeta/kyai, pengurus dewan paroki/jemaat/masjid, para ketua lingkungan/stasi/wilayah, dst.. Memang kemungkinan jarang ada pribadi yang seideal seperti diungkapkan oleh Paulus kepada Titus di atas ini, namun demikian kami berharap marilah saling membantu dan mengingatkan sebagai sesama `penilik jemaat' dalam rangka mengusahakan cara hidup dan cara bertindak sebagaimana diharapkan tersebut. Satu hal yang mungkin baik saya angkat di sini yaitu perihal pentingnya berkata benar sesuai dengan ajaran yang sehat, maklum apa yang dikatakan oleh para `penilik jemaat' pada umumnya disegani atau ditaati oleh jemaat. Maka kami berharap kepada para `penilik jemaat' untuk tidak berhenti mendidik, membina dan mengembangkan diri sendiri sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Salah satu kunci untuk mengetahui apakah apa yang kita katakan sesuai dengan ajaran sehat adalah yang kita katakan menambah keimanan, harapan dan cintakasih para pendengar. Mereka yang mendengarkan perkataan kita semakin beriman, semakin bergairah dan dinamis dan semakin berkasih-kasihan dalam hidup sehari-hari. Kami berharap kepada seluruh umat Allah atau jemaat: hendaknya tidak takut mengingatkan atau menegor para penilik jemaat yang cara hidup serta cara bertindaknya tidak sesuai seperti yang diharapkan oleh Paulus di atas.

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?""Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia"
(Mzm 24:1-5).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar