Jumat, 12 November 2010

Bukan Dari Daging

Bukan Dari Daging

Yohanes 1:13
1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula
secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.


Adalah fakta bahwa manusia diperanakkan (dilahirkan) dari manusia lain; dan
manusia yang dilahirkan itu mewarisi watak dan karakter orang tuanya. Jika orang
tuanya pemarah, sang anak akan mewarisi karakter pemarah; dan jika orang tuanya
berkarakter lemah lembut, sang anak pun akan mewarisi karakter lemah lembut.
Pada zaman penggenapan ini, orang harus memilih, apakah ia hanya akan menjadi
orang yang diperanakkan dari darah dan daging orang tuanya saja, atau juga
menjadi manusia yang diperanakkan oleh Allah.

Merupakan suatu anugerah yang luar biasa jika kita bisa diperanakkan oleh Allah.
Dan ini bukan sesuatu yang otomatis terjadi. Ay. 13 ini menunjukkan kehidupan
orang-orang Kristen yang melalui proses diperanakkan oleh Allah. Sebagaimana
seorang manusia yang diperanakkan oleh manusia memiliki watak dan karakter orang
tuanya, demikian juga kita yang diperanakkan oleh Allah memiliki watak dan
karakter Allah—kepribadian Allah. Luar biasa! Bagaimana proses ini terjadi?
Karena kenyataannya tidak sedikit orang Kristen yang wataknya lebih buruk
daripada orang non-Kristen.

Mari berpikir secara jujur dan menganalisis kenyataan ini. Orang-orang Kristen
seperti itu adalah orang-orang yang tidak menerima Yesus dengan benar. Apa
maksud menerima Yesus dengan benar itu? Mari kita ambil contoh sepasang manusia
yang diberkati di gereja dalam ibadah peneguhan nikah. Ketika mereka mengucapkan
janji nikahnya, sang mempelai pria berkata, "Aku menerima engkau sebagai
istriku…." Dan sebaliknya. Apakah itu berarti mereka sudah saling menerima
dengan benar? Ternyata belum, karena menerima satu sama lain ternyata tidak
cukup hanya dengan satu kalimat janji. Tetapi waktulah yang akan membuktikan
janji nikah mereka itu, apakah penerimaan mereka satu sama lain benar atau
tidak.

Pada saat kita berkata, "Yesus, aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan
Juruselamatku", apakah ini cukup? Sebagaimana pasangan suami istri di atas,
waktulah yang akan membuktikan kesungguhan kita dalam menerima-Nya. Injil akan
mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita memperlakukan Tuhan Yesus
Kristus. Apakah kita menerima-Nya sebagai Juruselamat jiwa, atau Juruselamat
ekonomi? Sebagai Majikan Agung, atau sebagai jongos—pesuruh yang kita panggil
hanya pada saat kita memerlukannya? Tentu untuk ini kita harus belajar terus
mengenal-Nya dan menerima Dia dalam seluruh keberadaan-Nya.


Waktu akan membuktikan kesungguhan kita dalam menerima Yesus.

Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar