Jumat, 26 November 2010

MENJAGA LIDAH

MENJAGA LIDAH

Lahir dalam keluarga miskin dengan banyak anak, tidaklah mudah.
Kurang terurus, nakal, tak dihargai. Di kelas 3 SD, guru saya
berkata: "Hei, kamu adiknya Badu ya? Jangan buat ulah seperti
kakakmu, ya-sudah goblok, nakal lagi, tahu sendiri nanti!" Ucapan
itu seperti kutuk yang menusuk hati. Setahun itu, saya tersiksa.
Saya jadi suka bolos, malas belajar, dan akhirnya tidak naik kelas.

Tahun ajaran berikutnya, dengan baju lusuh dan celana bertambal,
saya mengulang kelas 3. Malu rasanya. Namun, setelah 2 bulan, guru
baru saya berkata, "Kamu bukan anak bodoh, tetapi anak pin-tar. Ibu
akan buktikan." Kata-kata berkat itu mengiang dan membakar semangat
saya untuk belajar. Walau saya harus menunggu malam, agar bisa
meminjam buku teman yang telah selesai belajar-sebab saya tak mampu
membeli. Menjelang penerimaan rapor, ibu guru memanggil saya. Ia
bandingkan rapor saya dengan si juara 1, ternyata nilai saya ada di
atasnya. Hanya, karena sudah mengulang, saya tak bisa menjadi juara
satu. Namun, kata penguatannya terngiang hingga kini, khususnya saat
menghadapi kesulitan hidup.

Biarlah berkat saja yang keluar dari mulut kita. Kata yang terucap
tak bisa ditarik kembali, dan ia bisa membangun atau menghancurkan.
Lihatlah luapan kejengkelan Nuh pada Ham. Saat Ham menertawakan
bapaknya yang telanjang karena mabuk, Nuh mengutuki agar ia dan
keturunannya menjadi budak keturunan Sem dan Yafet. Dari generasi ke
generasi, ucapan Nuh dijadikan alasan menghalalkan perbudakan
sebagai kodrat ras tertentu. Hingga penebusan Kristus menghancurkan
kutuk dan darah martir kristiani menghapus perbudakan, apartheid,
dan segala diskriminasi. Jagalah lidah! --

JAGALAH MULUT ANDA
UCAPKAN BERKAT DAN JANGAN MENGUTUK

Kejadian 9:18-28

18 Anak-anak Nuh yang keluar dari bahtera ialah Sem, Ham dan Yafet;
Ham adalah bapa Kanaan.
19 Yang tiga inilah anak-anak Nuh, dan dari mereka inilah tersebar
penduduk seluruh bumi.
20 Nuh menjadi petani; dialah yang mula-mula membuat kebun anggur.
21 Setelah ia minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam
kemahnya.
22 Maka Ham, bapa Kanaan itu, melihat aurat ayahnya, lalu
diceritakannya kepada kedua saudaranya di luar.
23 Sesudah itu Sem dan Yafet mengambil sehelai kain dan
membentangkannya pada bahu mereka berdua, lalu mereka berjalan
mundur; mereka menutupi aurat ayahnya sambil berpaling muka,
sehingga mereka tidak melihat aurat ayahnya.
24 Setelah Nuh sadar dari mabuknya dan mendengar apa yang dilakukan
anak bungsunya kepadanya,
25 berkatalah ia: "Terkutuklah Kanaan, hendaklah ia menjadi hamba
yang paling hina bagi saudara-saudaranya."
26 Lagi katanya: "Terpujilah TUHAN, Allah Sem, tetapi hendaklah
Kanaan menjadi hamba baginya.
27 Allah meluaskan kiranya tempat kediaman Yafet, dan hendaklah ia
tinggal dalam kemah-kemah Sem, tetapi hendaklah Kanaan menjadi
hamba baginya."
28 Nuh masih hidup tiga ratus lima puluh tahun sesudah air bah.

e-RH(c) +++ YLSA
Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
Diterbitkan dan Hak Cipta (c) oleh Yayasan Gloria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar