Kamis, 18 November 2010

Menanggalkan Warisan Nenek Moyang

Menanggalkan Warisan Nenek Moyang

1 Petrus 1: 18-19
1:18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia
yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan
pula dengan perak atau emas,1:19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah
Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.


Dua halangan menghadang orang percaya yang belajar menggumuli identitas imannya.
Pertama, dirinya sendiri yang sudah terbiasa dengan cara hidup yang diwarisi
dari nenek moyangnya yang salah namun telah terekam dengan kuat. Kedua, pengaruh
dunia yang jahat dengan kekuatan kuasa kegelapan di baliknya.
Seorang anak Tuhan bukan hanya melihat pertentangan dalan dirinya, tetapi juga
cara hidup anak-anak Tuhan yang paradoksal dengan cara hidup anak-anak dunia.
Secara lahiriah barangkali tidak tampak; tetapi sikap hati dan pola berpikir
anak-anak Tuhan berbeda sekali. Anak-anak Tuhan yang memahami hal ini pasti
mengalami beratnya pergumulan tersebut. Yang terberat adalah mengubah sikap hati
dan pola berpikir kita, yang ditandai dengan hati yang tertaruh di dalam
Kerajaan Bapa di Surga. Tanpa mengubah pola pikir untuk menanggalkan cara hidup
warisan nenek moyang, sesungguhnya seseorang tidak pernah diselamatkan.
Yang dimaksud dengan cara hidup warisan nenek moyang kita adalah cara hidup yang
dianggap wajar dan layak oleh manusia pada umumnya. Umumnya orang
mengagung-agungkan hal-hal fana yaitu kekayaan duniawi dan melakukan segalanya
untuk mengejarnya. Tetapi anak Tuhan tidak boleh demikian. Sesungguhnya ini
tidak diukur dari apa yang tampak secara lahiriah, tetapi dari sikap hati dan
pola berpikirnya. Dari penampilan lahiriah, hampir tak tampak bedanya, sebab
kita bertobat dari cara hidup yang salah, bukan perbuatan yang salah.
Pertobatan dari cara hidup yang salah berorientasi pada manusia batiniah. Orang
yang bertobat dari cara hidup yang salah tidak perlu beralih profesi—selama
profesi tersebut tidak melanggar etika kehidupan—tidak perlu meninggalkan
aktivitasnya dalam berkarier, berumah tangga dan lain sebagainya. Tetapi yang
diubah adalah motivasi hidupnya, sebab dalam melakukan semua kegiatan hidup ini,
telah terpancang tujuan akhir kita: Untuk setia mempertanggungjawabkan iman kita
sebagai anak Tuhan, sebagai miliknya Tuhan.
Jadi kita harus mewaspadai ajaran-ajaran yang menyesatkan domba-domba Tuhan ke
tujuan duniawi seperti keberhasilan duniawi, fasilitas duniawi, dan kebebasan
dari masalah duniawi. Anak-anak Tuhan tetap harus bertanggung jawab dan
melakukan yang terbaik dalam keluarga dan pekerjaannya. Tetapi motivasinya bukan
untuk mengejar keberhasilan duniawi, bukan pula agar anak-anak kita mencapai
cita-cita duniawi kita dan dapat kita banggakan. Motivasi kita adalah untuk
setia mempertanggungjawabkan iman kita sebagai anak Tuhan dan mencapai target
yang dicanangkan Roh Kudus yaitu menjadi sempurna sama seperti BAPA sempurna;
sebab seorang yang bertanggung jawab dalam kehidupan imannya pasti bertanggung
jawab dalam kehidupan umumnya (pekerjaan, keluarga, pendidikan, dsb). Kita setia
berjalan dalam pimpinan-Nya menuju tujuan tersebut.

Menanggalkan cara hidup warisan nenek moyang berarti mengubah motivasi hidup
kita.


http://virtuenotes.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar