Kamis, 18 November 2010

MENJADI YANG DIBERKATI

*Menjadi yang diberkati*

2 Tawarikh 17:1-19

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" merupakan peribahasa yang menggambarkan
bahwa seorang anak tidak akan berbeda jauh dari orang tuanya. Namun
pengecualian bisa terjadi. Ada orang yang sangat berhasil justru ketika ia
menjadi "buah yang jatuh amat jauh dari pohonnya". Artinya, hidupnya berbeda
dari kehidupan orang tuanya.

Raja Yosafat menjadi raja Yehuda menggantikan Asa, ayahnya, yang wafat
akibat sakit parah yang mendera kakinya (2Taw. 16:12-13). Yosafat hidup
diperkenan Tuhan karena tidak mempersekutukan Tuhan dengan ilah manapun di
Israel (6). Yosafat hanya mengandalkan Tuhan sebagai satu-satunya
pertolongan (10), sementara ayahnya, Raja Asa, bersekutu dengan Aram yang
dibenci Tuhan. Yosafat juga memperhatikan kehidupan rohani rakyatnya. Ia
mengutus beberapa pembesar, orang Lewi, dan para imam untuk mengajar
rakyatnya agar hidup takut akan Tuhan (7-9).

Yosafat melakukan banyak hal yang benar di mata Tuhan. Sebagai pemimpin
bangsa, ia mengelola negaranya dengan begitu baik. Ia membangun sistem
pertahanan (1-2, 12) dan mengorganisir tentaranya (14-19) demi keamanan
negara dan rakyat. Ia juga tahu batas-batas kewenangannya, karena itu ia
mendelegasikan tugas mengajarkan hukum Tuhan kepada orang yang tepat untuk
itu. Dan Tuhan memberkati upaya Yosafat dengan menaruh rasa takut pada
Yehuda di dalam hati negara tetangga dan musuhnya. Bahkan orang Filistin dan
orang Arab pun menyerahkan upeti kepada dia (10-11).

Rentetan kisah raja-raja Yehuda cukup menyesakkan karena kejatuhan yang
terjadi berulang-ulang, walau beberapa di antaranya memulai hidup dan
pemerintahan mereka dengan baik. Namun kisah Yosafat bagai memberi angin
se-gar. Dari Yosafat kita melihat, bahwa orang yang hidup bagi Tuhan serta
yang mengutamakan Tuhan dalam seluruh karyanya, akan mengalami berkat-berkat
Tuhan. Namun kesetiaan kita kepada Tuhan hendaknya bukan semata-mata demi
berkat, melainkan karena sungguh mengasihi Dia, Tuhan kita.

*|||||| **sumber: http://www.sentuhanhati.com/ **||||||*

*Disentil Tuhan*

*Bacaan hari ini: *Yunus
1<http://www.renunganharian.net/utama.php?tanggalnya=2010-11-14>
*Ayat mas hari ini: *Yesaya
6:8<http://www.renunganharian.net/utama.php?tanggalnya=2010-11-14>
*Bacaan Alkitab Setahun: *Ratapan 3-5; Ibrani 10:19-39

Dalam acara bincang-bincang kaum dewasa muda, saya diminta menjadi
narasumber bersama seorang rekan yang jauh lebih senior dari saya, mewakili
komunitas yang melayani orang miskin kota. Rekan saya ini sudah sangat lama
melayani anak-anak jalanan secara penuh waktu. Saya pun banyak belajar
darinya. Dalam perbincangan, seorang peserta bertanya kepada kami: "Sampai
kapan kalian akan tetap setia atau kapan kalian akan berhenti melakukan
pelayanan ini?"

Kalau mau jujur, saya tak ingin menghabiskan hidup saya untuk melayani
mereka yang terpinggirkan. Pelayanan ini sangat melelahkan; secara fisik dan
emosi. Jadi, saya menjawab bahwa saya akan tetap setia di jalur pendidikan
anak, tanpa menspesifikasikan bentuk nyata kontribusi saya seperti apa.
Berbeda dari saya, rekan senior saya tadi—yakni Benyamin Lumy—dengan tegas
menyatakan: "Sampai sekarang saya tidak menemukan alasan untuk berhenti
melayani mereka yang terpinggirkan. Pilihan hidup saya mungkin tidak
terlihat berkelimpahan, tetapi saya menemukan bahwa dalam segala hal Tuhan
mencukupkan. Saya tidak mau seperti Yunus, harus disentil dulu sama Tuhan
untuk mau melayani. Daripada capek berlari dari panggilan Tuhan, lebih baik
saya setia saja biar tidak perlu disentil. Toh, tidak ada alasan untuk
berhenti."

Banyak orang tahu cerita Yunus, tetapi hanya sedikit yang mau belajar dari
kesalahan Yunus. Terlalu banyak "Tarsis" yang hendak kita tuju, dan "Niniwe"
yang ingin kita abaikan. Jika kita sedang melayani di suatu bidang—bahkan
yang tak dilirik orang—lakukan saja dengan setia. Tuhan ada di sana. Dia
menanti orang yang mau berkarya tulus, menjadi utusan yang melakukan
kehendak-Nya.

* *

*KETIKA KAKI HENDAK MELANGKAH UNTUK MELAYANI PASTI ADA TANTANGAN DAN GODAAN
YANG MENGUJI HATI*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar