Kamis, 04 November 2010

Bukan Roh Ketakutan

Bukan Roh Ketakutan

2 Timotius 1:7–8
1:7 Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang
membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.1:8 Jadi janganlah malu bersaksi
tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia,
melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.

Ketakutan adalah respons emosional manusia terhadap sesuatu yang mengancam atau
membahayakan. Para pakar psikologi terkemuka dunia mengatakan bahwa ketakutan
adalah emosi alami bawaan sejak lahir, dan sering merupakan reaksi segera
terhadap suatu kejadian. Contohnya, jika kita mendadak bertemu seekor harimau
yang berkeluyuran bebas di tengah jalan, tidakkah kita mencari tempat
bersembunyi? Jadi jelas, Tuhan memberikan kemampuan kepada manusia dan hewan
untuk merasa takut, agar dapat mempertahankan hidupnya dari bahaya.
Banyak pembicara menggunakan ay. 7 sebagai dasar untuk mengatakan bahwa orang
Kristen tidak boleh takut atas masalah ekonomi, keluarga, ataupun kesehatan,
sebab Tuhan pasti memberikan jalan keluar. Ini tidak tepat, karena itu
sebetulnya bukan ketakutan yang dimaksud, melainkan kekhawatiran. Memang asalkan
hidup bertanggung jawab, kita tidak perlu khawatir. Ada pula pembicara yang
mengajarkan umat untuk berdoa, minta rasa takutnya diangkat-Nya. Misalnya,
seseorang yang bermasalah kejiwaan akrofobia (takut ketinggian) disuruh berdoa
agar roh ketakutannya pergi. Tetapi sering kali ketakutan tersebut tidak kunjung
hilang. Mengapa?
Sejatinya, ayat ini tidak berbicara mengenai ketakutan yang wajar dan alami,
melainkan sifat pengecut. Kata yang digunakan untuk "ketakutan" adalah δειλία
(dīlia) yang menggambarkan ketakutan yang berlebihan dan selalu negatif. Jadi
Tuhan tidak melarang kita untuk takut, tetapi Ia tak suka kita menjadi pengecut.
Seorang pengecut dikalahkan oleh rasa takutnya, tetapi anak Tuhan harus hidup
dalam roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, dan ketertiban. "Ketertiban"
aslinya ditulis σωφρονισμός (sōfronizmós) yang artinya "disiplin", "pengendalian
diri". Roh ini membantu kita untuk dapat mengalahkan ketakutan yang negatif.
Contoh sederhana, katakan kita takut naik pesawat terbang, padahal pekerjaan
Tuhan mengharuskan hal tersebut. Seharusnya walaupun sambil gemetar, kita tetap
membeli tiket dan menaiki pesawat. Bila percaya terhadap kekuatan dari Tuhan,
mengasihi Dia dan sesama, serta punya pengendalian diri, kita harus berani
bertindak mengalahkan ketakutan, sekalipun itu berarti penderitaan bagi kita
(ay. 8). Jadi sebagai anak Tuhan, untuk kepentingan-Nya kita harus mengalahkan
perasaan takut. Bukan berarti kita tidak merasa takut lagi, melainkan tidak
membiarkan perasaan takut itu mencegah kita melakukan apa yang seharusnya kita
lakukan. Ketakutan itu mungkin akan hilang seiring waktu; tetapi sekalipun masih
terasa, itu bukan alasan untuk menghindari pekerjaan Tuhan. Kita bukan umat
pengecut.

Demi kepentingan Tuhan, kita harus bertindak untuk mengalahkan perasaan takut
kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar