Jumat, 24 September 2010

Pengampunan

MENGAMPUNI KARENA TELAH DIAMPUNI


Perlakuan yang tidak menyenangkan, cibiran, dan perkataan yang
meremehkan dari orang lain sangat tentu tidak mengenakkan. Sebagai
makhluk yang memiliki emosi dan perasaan, manusia cenderung menerima
segala sesuatu dengan melibatkan emosi dan perasaannya. Perlakuan
buruk orang lain, termasuk anggota keluarga, tidak jarang
meninggalkan rasa kesal, jengkel, dan akar pahit bagi seseorang.

Apakah kita akan membiarkan rasa sakit hati menggerogoti damai
sejahtera dan sukacita kita? Apakah kita rela hidup dalam kesesakan
dan penderitaan terus-menerus dengan terus menyimpan kesalahan orang
lain? Sebagai orang yang memperoleh anugerah pengampunan Tuhan atas
segala dosa, apakah kita hanya mau mendapat pengampunan tanpa mau
mengampuni?

Untuk membantu Anda keluar dari keterpurukan rasa sakit hati,
kesesakan, dan penderitaan akibat kebencian dan kesalahan orang lain
yang mungkin masih Anda simpan, e-Konsel kali ini menghadirkan
tulisan-tulisan yang berkaitan dengan pengampunan. Pengampunan
sejati yang telah Tuhan Yesus berikan kiranya memampukan kita untuk
mengampuni orang lain dengan sungguh-sungguh.

Mari kita terima pengampunan Tuhan dan memberikan pengampunan kita
kepada orang yang menyakiti kita. Pastikan damai sejahtera dan
sukacita dari Allah Bapa kembali kita rasakan.

Tuhan mengampuni dan memberkati kita.

MENGAMPUNI ORANG LAIN

Karena Yesus telah membayar harga dosa di atas kayu salib,
Ia menyediakan pengampunan bagi semua orang.

Pengampunan Allah sangat besar, oleh karena itu respons seorang
Kristen yang telah diampuni adalah mengampuni orang lain. Yesus
mengajar para pengikut-Nya supaya saling mengampuni, bukan hanya
beberapa kali melainkan berkali-kali. Paulus berkata, "Sama seperti
Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian" (Kolose
3:13).

Sama seperti dosa memisahkan manusia dari Allah, dosa memisahkan
manusia dari manusia. Karena itu, pengakuan dan pengampunan
antarmanusia merupakan jalan kasih. Pengampunan merupakan tindakan
yang terlibat dalam mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri
dan khususnya dalam orang-orang Kristen yang saling mengasihi
seperti Yesus mengasihi mereka.

Ketika seseorang sungguh-sungguh mengerti pengampunan Yesus dan apa
yang harus ditanggung-Nya untuk mati di kayu salib, dan ketika ia
telah menerima pengampunan ini dari Yesus, maka ia akan mampu
mengampuni orang lain. Tetapi jika ia tidak mengerti arti salib,
atau jika ia merasa bahwa ia tidak membutuhkan banyak pengampunan
dari Allah, maka mungkin ia tidak bersedia untuk mengampuni.

Pada waktu kita mengampuni seseorang, kita sendiri menanggung harga
dosa yang dilakukan terhadap kita. Sering harganya tinggi sehubungan
dengan emosi, sakit hati, dan kekecewaan. Karena itu, pengampunan
harus lebih merupakan suatu pilihan daripada suatu perasaan. Ini
adalah pilihan dan janji untuk tidak lagi menanggungkan dosa kepada
si pelanggar.

Ini adalah respons kasih yang aktif oleh seseorang yang didiami
Allah dan yang ingin supaya kehidupan Yesus dinyatakan melalui dia.
Pengampunan menerima rasa sakit yang disebabkan oleh pelanggaran dan
melepaskan hak untuk membalas dan untuk merasakan kepahitan hati
atau kemarahan. Jika seseorang terus-menerus menaruh dendam terhadap
seseorang, maka hal itu berarti pengampunan belum dilaksanakan.

Pengampunan dimulai dari jiwa seseorang ketika ia memutuskan untuk
mengampuni, bahkan sebelum orang yang berdosa itu bertobat. Suatu
sikap mengampuni memampukan seseorang yang disakiti hatinya untuk
memberikan pengampunan verbal secara cuma-cuma kepada orang berdosa
ketika orang tersebut mengakui dosanya dan bertobat. Suatu sikap
mengampuni mencegah kepahitan hati dan kemarahan, namun tidak
mencegah seseorang untuk berusaha memperbaiki keadaan dengan cara
melakukan konfrontasi seorang saudara seiman dalam kasih.

Sikap tidak mengampuni mengakibatkan hubungan yang buruk dan bahkan
masalah-masalah kesehatan. Sikap ini membuat orang yang tidak mau
mengampuni dan yang tidak diampuni tetap berada dalam belenggu. Sering akar
dari sikap tidak mengampuni tertanam dalam-dalam dan membuat
seseorang melanjutkan pola pemikiran dan tingkah laku yang merusak
dirinya dan orang lain.

Sikap tidak mengampuni juga sering menyebabkan seseorang menjadi
kesepian dan menaruh dendam. Karena ketidakadilan atau dosa yang
tidak mengampuni membentuk suatu penghalang bagi keintiman dan rasa
belas kasihan, maka kepekaan terhadap orang lain diganti dengan
perlindungan dan pembenaran diri sendiri. Pasangan-pasangan yang
mengeluh bahwa mereka memunyai masalah komunikasi mungkin
menyembunyikan sikap tidak mengampuni. Kemarahan dan kepahitan hati
sering sukar diatasi karena keduanya terserap ke dalam sifat orang
yang tidak mau mengampuni. Tetapi dengan pertolongan Allah kita
mungkin mengatasi pola-pola seperti itu.

Di samping menciptakan penghalang-penghalang antarmanusia, sikap
tidak mengampuni menjauhkan manusia dari Allah. Jika seseorang tidak
dapat mengalami kasih dan pengampunan Allah, ada kemungkinan ia
tidak mau mengampuni orang lain. Hati yang tidak mengampuni sering
menjadi penghalang bagi seseorang untuk menerima kasih Allah.
Kepahitan hati mengeraskan hati sehingga tidak mau menerima kasih
Allah dan kasih orang-orang lain.

Jika seseorang tidak mau mengampuni, ia tidak dapat menerima apa
yang ditawarkan Allah dengan cuma-cuma. Yesus memberikan peringatan
yang jelas sekali berkenaan dengan pengampunan (Matius 6:14-15).
Banyak orang hidup dalam penghukuman dan rasa bersalah karena mereka
telah menolak untuk mengampuni orang lain.

Pilihan untuk mengampuni akan mengaktifkan pekerjaan Roh Kudus dalam
kehidupan seseorang. Ketika seseorang memilih untuk mengampuni, ia
bertindak sesuai dengan sifat Allah. Ia sedang melakukan tepat
seperti apa yang sedang dilakukan Tuhan: mengampuni.

Pilihan untuk mengampuni melepaskan seseorang yang mengampuni itu
dari kepahitan hati dan kemarahan yang lebih lanjut dan membebaskan
dia untuk mengasihi dan hidup dalam hubungan dengan Allah dan orang
lain. Pilihan untuk mengampuni juga memberikan kebebasan kepada
orang yang bersalah untuk melakukan apa yang benar.

Pengampunan juga berarti memercayai Allah untuk menangani orang
yang bersalah maupun akibat-akibat kesalahannya. Pengampunan
melepaskan orang yang mengampuni dan orang yang diampuni dari
hubungan yang mempersalahkan, balas dendam, kepahitan hati, dan
kemarahan. Pilihan untuk mengampuni membuka arus kasih Allah melalui
orang yang mengampuni.

Berkat-berkat pengampunan sungguh mengagumkan, tetapi orang-orang
percaya harus mengatasi rintangan-rintangan tertentu terhadap
pengampunan. Satu rintangan yang menyangkal pelanggaran atau sakit
hati dengan tidak mengakui bahwa pelanggaran telah dilakukan
terhadap kita atau dengan menjadi marah dengan segera. Juga, ada
kecenderungan manusia untuk mempersalahkan orang lain dengan tujuan
membenarkan diri.

Sering dalam proses pengampunan seseorang harus mengakui
kesalahannya sendiri dalam keadaan itu. Ia mungkin harus mengakui
dosa dan juga mengampuni. Namun, pengakuan tidak boleh berisi
tuduhan seperti: "Ampunilah saya atas kemarahan saya terhadap Anda
karena Anda tidak berpikiran panjang."

Sebagian orang takut bahwa jika mereka mengampuni, mereka bersalah
karena justru memberi kebebasan kepada orang mengulangi
kesalahannya. Pengampunan tidak bersifat pasif; pengampunan
sebenarnya merupakan suatu pilihan yang membebaskan kita untuk
mengubah keadaan atau menyelesaikan masalah yang mungkin telah
mengakibatkan pelanggaran. Akhirnya, kita mungkin tidak mau
mengampuni karena kita memusatkan perhatian pada sakit hati pribadi
dan tetap memikirkan ketidakadilan dan tidak memilih untuk mengasihi
orang lain sama seperti diri sendiri.

Pembimbing perlu menjelaskan prinsip-prinsip dan sumber pengampunan
sehingga orang itu dapat mengampuni bukan hanya
pelanggaran-pelanggaran yang sekali-sekali, tetapi juga pengulangan
pelanggaran yang sama (Lukas 17:3-4).

Karena manusia tidak dapat dengan sepenuhnya mengalami arus
pengampunan dalam menghadapi ketidakadilan, kekerasan, penolakan,
kemarahan, dan sakit hati, maka perlu sekali adanya pengampunan
ilahi untuk mengalir melalui orang percaya yang disakiti. Sama
seperti Yesus mengampuni setiap orang, Ia hidup di dalam orang
percaya untuk mengampuni.

Pengampunan adalah tindakan bersama. Yesus memampukan orang-orang
percaya untuk mengampuni karena mereka memilih untuk mengampuni.
Sebaliknya, sikap tidak mau mengampuni adalah dosa dan memisahkan
orang yang tidak mengampuni itu dari Allah.

Dunia bukan tempat yang adil, namun ada Allah yang adil yang juga
mengasihi dan mengampuni. Banyak penderitaan berasal dari
ketidakadilan. Jika seseorang menghubungkan ketidakadilan kepada
Allah, maka ia tidak akan mengerti kasih dan pengampunan Allah.
Karena itu, seorang pembimbing mungkin perlu menggunakan banyak
waktu untuk mengajarkan sifat Allah, keadilan Allah, dan pengampunan
Allah sehingga orang yang dibimbing akan bersedia untuk mengampuni
dan diampuni.

Ketika seseorang sungguh-sungguh memilih untuk mengampuni, tindakan
itu dilaksanakan oleh kehendak dan dimampukan oleh Roh Kudus. Namun,
pembimbing dapat memberikan kepada orang yang dibimbing gambaran
mengenai langkah-langkah berikut menuju pengampunan.

1. Memberitahukan kepada Allah tentang situasinya, mengakui
dosa-dosa Anda, dan memohon kepada-Nya untuk memberikan
kesembuhan, pengampunan, dan kemampuan untuk mengampuni.
2. Ingatlah akan besarnya pengampunan Allah dan mahalnya harga salib
Kristus.
3. Pilihlah untuk mengampuni dan untuk tidak menanggungkan kesalahan
terhadap orang yang bersalah.
4. Jika Anda sendiri telah berdosa terhadap orang yang bersalah,
hampirilah dia dan akuilah dosa Anda sendiri dan mintalah
pengampunan tanpa mempersalahkan atau bahkan mengharapkan dia
untuk meminta pengampunan Anda.
5. Tetaplah bersikap mengampuni dan lawanlah pencobaan untuk menaruh
dendam untuk luka-luka masa lampau.
6. Jika sikap tidak mengampuni atau kepahitan hati lagi-lagi timbul
karena hal-hal yang mengingatkan kembali atau karena dosa itu
diulangi, pertahankan pilihan untuk mengampuni dengan
sungguh-sungguh sekalipun jika perasaan lambat untuk menerima.

Jika seorang yang dibimbing tetap merasa sakit hati karena suatu
kesalahan atau memunyai perasaan untuk tidak mengampuni setelah
memilih untuk mengampuni, pembimbing dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan berikut.

l. Apakah Anda masih sakit hati? Jika demikian, ingatlah bahwa
sebagian luka pribadi mungkin tidak sembuh sama cepatnya seperti
pilihan untuk mengampuni. Perasaan sakit hati tidak selalu
merupakan petunjuk dari sikap tidak mengampuni.
2. Apakah Anda memilih dengan tindakan Anda untuk tidak menuntut
pembayaran atas pelanggaran sehubungan dengan pembalasan dendam
atau keinginan agar orang yang bersalah menderita atas
tindakan-tindakannya?
3. Apakah Anda berdoa kiranya Allah akan mengampuni dan memberkati
orang yang bersalah?

Setelah mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini, pembimbing dapat
menasihati orang yang dibimbing agar jangan tinggal dalam rasa sakit
hati dan jangan membawanya dalam percakapan dengan orang lain. Dalam
memilih untuk melupakan dengan cara sengaja tidak memikirkan atau
membicarakan rasa sakit hati, orang yang dibimbing tentu akan
melupakannya, dan perasaan luka akan hilang.

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Bimbingan Berdasarkan Firman Allah
Judul buku asli: How to Counsel From Scripture
Penulis: Martin dan Deidre Bobgan
Penerjemah: Drs. Tan Giok Lie
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1996
Halaman: 190 -- 195


PROSES DAN LANGKAH PRAKTIS UNTUK MEMAAFKAN

PROSES MEMAAFKAN

Ada lima tahap penting dalam proses kita mengampuni orang lain.

1. Menyadari dan menerima rasa sakit hati.
2. Pahami alasannya.
3. Sadarilah.
4. Jangan mau jadi korban.
5. Menerima kenyataan.

Adanya kemampuan menyadari dan menerima rasa sakit hati kita
akibat perbuatan orang lain. Jangan menolak, menyangkal atau
menganggap remeh sakit hati Anda. Sadari juga akibat-akibat
yang sudah ditimbulkan rasa sakit itu.

Cobalah memahami alasan orang itu menyakiti hati Anda. Mengampuni
hanya akan terjadi bila kita mengulurkan tangan kita kembali
kepada pihak yang bersalah, berusaha melihat nilai-nilai baik
yang ada pada orang yang melukai kita, dan belajar memahami dari
perspektif orang tersebut, meski ini tidaklah mudah.

Sadarilah bahwa ada kalanya Anda tidak sanggup memikul
akibat itu sendirian. Anda perlu membagikan kesusahan dan
penderitaan Anda pada seseorang yang Anda percayai. Ada kalanya
Anda frustasi menghadapi kenyataan itu dan kadang menjadi begitu
sayang diri. Misal, muncullah pertanyaan: "mengapa saya harus
mengalami hal ini?" Kita juga perlu ingat bahwa masa lalu adalah
kenyataan yang tidak dapat diubah, kita harus belajar menerimanya
dan bahkan menjadikannya bagian penting dari pembentukan diri
kita seutuhnya. Dengan kesadaran ini akan muncul kekuatan dan
kemauan untuk membangun kembali hubungan dengan orang yang sudah
melukai kita. Pengampunan berarti kita membuka dan membangun
kembali hubungan yang sudah rusak dan retak tadi.

Kadang juga timbul kemarahan. Kita tidak mau menjadi korban dari
kesalahan orang lain.

Anda mulai menerima kenyataan Anda terluka dan harus menghadapi
secara riil. Pada tahap ini Anda berusaha menjadi pribadi yang
tetap bahagia meski mengalami kesusahan akibat ulah orang lain.
Satu hal yang kita syukuri adalah bahwa pengalaman terluka ini
akan membuat kita punya kekuatan untuk menghadapi luka yang akan
terjadi di masa yang akan datang. Dalam sebuah relasi yang dekat
dan kuat akan selalu ada kemungkinan untuk kita saling
mengecewakan.

BEBERAPA LANGKAH PRAKTIS UNTUK MEMAAFKAN

1. Mengakui kebutuhan Anda untuk disembuhkan.
2. Mengakui emosi yang negatif.
3. Belajar mengampuni.

Bagi banyak orang hal ini bukan masalah, tetapi jika kita terluka
dan tidak mengakui, maka jelas tidak ada tempat untuk
pertolongan. Mengakui kebutuhan kita merupakan suatu tanda
kesehatan mental yang baik dan bukti sikap yang jujur. Seringkali
kita ingin mengakui tapi kita takut untuk ditolak. Kerelaan untuk
belajar dan kerendahan hatilah yang akan mengizinkan kesembuhan
dimulai. Mulailah bersikap jujur dengan Allah, kemudian cari
teman yang bisa mengerti keadaan Anda. Kejujuran akan
mendatangkan kasih karunia Allah dalam hidup kita.

Beberapa di antara kita mengarungi kehidupan dengan mengumpulkan
emosi yang negatif. Kita tidak diajarkan bagaimana mengenali atau
mengkomunikasikan perasaan kita sehingga kita menimbun kemarahan,
kekecewaan, ketakutan, kepahitan, dan emosi negatif lain sejak
anak-anak. Kita menindih emosi negatif yang satu di atas yang
lain, sama seperti menumpuk sampah. Proses penimbunan emosi ini
menimbulkan akibat yang tragis.

Emosi itu sendiri bukanlah dosa. Emosi dapat menghasilkan sikap
berdosa jika diarahkan dengan cara yang negatif kepada Allah,
diri sendiri, dan orang lain. Untuk memutuskan lingkaran
penindasan emosi mintalah Allah untuk memberi Anda kesempatan
untuk mengungkapkannya kepada orang yang mengerti Anda dan
memberikan dorongan untuk jujur dengan perasaan Anda.

Mengampuni bukan sekadar melupakan kesalahan yang dilakukan
seseorang terhadap kita. Mengampuni berarti memaafkan orang untuk
kesalahan yang telah diperbuatnya. Mengampuni berarti menunjukkan
kasih dan penerimaan, meskipun disakiti. Mengampuni seringkali
merupakan suatu proses dan bukan suatu tindakan 'sekali jadi'.

Pengampunan adalah membuat keputusan secara sadar untuk berhenti
membenci karena kebencian itu sama sekali tidak ada gunanya. Kita
terus mengampuni sampai rasa sakit itu hilang. Semakin dalam
lukanya, semakin besar energi atau daya pengampunan itu
diperlukan. Memaafkan bukanlah tindakan yang dilakukan
kadang-kadang saja, melainkan merupakan sikap yang permanen. Sama
seperti seorang dokter harus membersihkan luka di tubuh kita dan
menjaga agar jangan terkena infeksi supaya dapat sembuh dengan
baik. Begitu pula kita harus menjaga kebersihan luka-luka batin
kita dari kepahitan supaya luka itu cepat sembuh.

Mengampuni adalah antiseptik bagi luka batin kita. Jika kita
sudah menerima pengampunan secara cuma-cuma oleh kurban Kristus,
Tuhan meminta kita memaafkan sesama kita yang bersalah kepada
kita. Tetapi itu tidak cukup. Sang Penebus, meminta kita menjadi
"agen" penebus yang mendistribusikan kasih dan pengampunan-Nya
itu kepada sebanyak mungkin orang. Inilah tugas konseling. Anda
dipanggil untuk melatih sesama mengampuni sesamanya.

Akhirnya, menerima maaf melegakan hati. Memaafkan diri sendiri itu
sehat. Memaafkan sesama, itu ilahi. Melatih orang memaafkan itu
mulia. Membantu orang menerima pengampunan Tuhan, itu memberinya
hidup kekal.

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Perlengkapan Seorang Konselor
Judul bab: Mencinta Hingga Terluka, Seni Memaafkan Sesama
Penulis: Julianto Simanjuntak
Penerbit: Layanan Konseling Keluarga dan Karir (LK3), Jakarta 2007
Halaman: 61 -- 62 dan 64 -- 66

BIMBINGAN ALKITABIAH _________________________________________________

KETIKA SUSAH MENGAMPUNI

Kita harus ingat, mengampuni bukanlah suatu perasaan tetapi
suatu keputusan -- suatu tindakan berdasarkan niat.
Kau memutuskan untuk mengampuni, baik suka atau tidak.
Kau menyediakan kerelaan, Allah akan memberikan kekuatan.

Beberapa orang berpikir bahwa kekristenan memberikan standar yang
tidak mungkin bagi orang-orang percaya untuk mengampuni mereka yang
telah menyakiti mereka. Tetapi bagi Allah "tidak ada yang mustahil."

Ada tiga alasan utama mengapa kita sulit untuk mengampuni.

1. Tidak sadar seberapa besar telah diampuni.

Kita tidak memiliki kesadaran yang cukup dalam mengenai seberapa
besar diri kita telah diampuni. Dosa orang lain terhadap kita
bukanlah apa-apa bila dibandingkan dosa kita terhadap Allah --
tetapi Dia telah mengampuni kita.

2. Tidak menyimpan rasa benci.

Menyimpan rasa benci atau kemarahan terhadap orang lain yang
telah menyakiti kita memberi kita kuasa dan kendali atas perasaan
tersebut, dan saat kita menyerah, kita merasa sedikit tidak
berdaya. Tetapi di dalam ketidakberdayaan kita, ingat kata-kata
ini: "Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut
pembalasan, firman Tuhan." (Roma 12:19). Mengampuni berarti
melepaskan kendali dan memercayai Allah dengan hasilnya.

3. Tidak lagi bergantung kepada Tuhan.

Mengapa kita sulit mengampuni adalah apa yang kita sebut
"ketergantungan yang salah ditempatkan". Ini terjadi saat kita
secara keliru meyakini bahwa interaksi positif seseorang dengan
kita adalah penting agar kita merasa baik tentang diri sendiri,
jadi kita melepaskan ketergantungan kita pada Tuhan dan
bergantung pada orang lain. Kemudian saat mereka menyakiti kita,
karena yakin kita membutuhkan mereka, kita merasa mereka telah
menghancurkan jiwa kita. Itulah sebabnya kita sering kali terluka
oleh mereka yang terdekat dengan kita. Tetapi manusia tidak dapat
menghancurkan kita; hanya Tuhan yang dapat melakukan itu (lihat
Matius 10:28). Jauh lebih mudah untuk mengampuni bila kita
melihat bahwa hidup kita bukanlah di dalam manusia, tetapi di
dalam Allah.

REFERENSI ALKITAB

1. Perhatikan besarnya pengampunan Ilahi. (Mazmur 103:12)
"Sejauh timur dari barat demikian dijauhkan-Nya dari pada kita
pelanggaran kita."

2. Tuhan hanya membenci kejahatan. (Roma 12:19)
"Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut
pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada
tertulis: Pembalasan itu hak-Ku, Akulah yang menuntut pembalasan,
Firman Tuhan."

3. Apa yang telah Allah lakukan bagi kita, harus kita lakukan bagi
orang lain. (Kolose 3:13)
"Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang
akan yang lain, apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang
lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat
jugalah demikian."

4. Sikap tidak mengampuni akan menghancurkan kita. (Ibrani 12:15)
"Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih
karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang
menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang."

5. Pengampunan adalah perintah utama kepada orang Kristen.
(2 Korintus 5:19)
"Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh
Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah
mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami."

6. Setan tidak memiliki hak dalam pengampunan. (2 Korintus 2:10-11)
"Sebab barangsiapa yang kamu ampuni kesalahannya, aku
mengampuninya juga. Sebab jika aku mengampuni , - seandainya ada
yang harus kuampuni -, maka hal itu kubuat oleh karena kamu di
hadapan Kristus, supaya iblis jangan beroleh keuntungan atas
kita, sebab kita tahu apa maksudnya."

7. Menolak mengampuni orang lain menghalangi pengampunan Tuhan bagi
kita. (Markus 11:25)
"Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah
dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap
seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni
kesalahan-kesalahanmu."

8. Akibat serius terjadi bila kita menolak untuk mengampuni. (Matius 18:35)
"Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap
kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu
dengan segenap hatimu."

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Buku Pintar Konseling Krisis: Pertolongan Praktis
Alkitabiah di Masa Sukar
Judul buku asli: Your Personal Encourager
Penulis: Selwyn Hughes
Penerjemah: Genesis Team
Penerbit: Betlehem Publisher, 2002
Halaman: 26 -- 29

Tidak ada komentar:

Posting Komentar