Jumat, 24 September 2010

Keringkihan

Keringkihan


Hidup Dalam Perlindungan TUHAN


Yakobus 4 : 13–15


4:13 Jadisekarang, hai kamu yang berkata: "Hari iniatau besok kami berangkat ke
kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat
untung",
4:14 sedang kamu tidak tahu apa yang akanterjadi besok. Apakah arti hidupmu?
Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.
4:15 Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup
dan berbuat ini dan itu."


TUHAN lah Perlindunganku", demikian kita nyanyikan lagu di gereja. Tetapi tanpa
disadari, banyak orang tidak mengerti apa artinya berlindung kepada TUHAN itu.
Buktinya, mereka merasa sudah atau sedang berlindung kepada Tuhan, padahal
mereka menolak perlindungan TUHAN. Bagaimana hal ini terjadi?

Manakala seseorang dalam keadaan tanpa masalah dalam segala segi kehidupannya,
ia tidak sungguh-sungguh berlindung kepada TUHAN. Setelah masalah timbul,
barulah ia berurusan dengan TUHAN. Kalau begitu TUHAN dipandang laksana ban
serep: kalau ban tidak pecah, tak akan dicari; TUHAN disamakan dengan rumah
sakit, kalau orang tidak sakit parah, tidak perlu berurusan dengannya. Padahal
kita sangat membutuhkan perlindungan TUHAN setiap saat, tanpa mengurangi bahwa
tetap ada bagian tanggung jawab kita yang memang harus kita lakukan. Contoh:
Mengendarai motor tidak ugal-ugalan, karena tidak ingin mendapat kecelakaan di
jalan.

Ada pengertian penting yang harus dipahami untuk hidup dalam perlindungan
TUHAN. Seseorang tidak dapat membutuhkan dan berlindung kepada TUHAN, kalau
tidak mengakui bahwa dirinya adalah mahkluk yang sangat lemah dan ringkih.
Bukankah Alkitab berkata hidup manusia seperti uap? Karena itu kita harus
memahami kenyataan mengenai keringkihan manusia.

Pertama, manusia memiliki tubuh fana yang kemampuannya sangat terbatas. Tubuh
manusia yang telah jatuh dalam dosa sangat rapuh, bukan bertulang besi, berotot
kawat dan berkulit baja. Kunjungi rumah sakit dan akan kita sadari betapa
rapuhnya tubuh manusia.

Kedua, manusia hidup di dunia yang penuh bahaya melampaui kekuatan dirinya. Di
masa depan, manusia lebih diperhadapkan dengan keadaan dunia yang penuh ancaman
seperti bencana alam, bencana buatan manusia, epidemi penyakit dan sebagainya.

Ketiga, adanya kuasa gelap yang jahat, yang berusaha menyeret kepada kegelapan
abadi. Ingat, bahaya iblis bukan pada sepak terjangnya yang membuat hidup
manusia sengsara di dunia ini, melainkan pada usahanya mempersiapkan manusia
menjadi warga api kekal. Kalau iblis hanya membuat manusia sengsara di bumi,
itu bukan masalah sama sekali, justru bisa menguntungkan, karena sengsara di
bumi bisa menggiring manusia ke dalam Kerajaan ALLAH. Berwaspadalah, karena
iblis hanya dapat dilawan dan diatasi jika kita bersama TUHAN.

Kita harus selalu menghayati keringkihan diri kita ini, supaya kita tidak
sombong. Jangan berpuas diri apabila keadaan kita hari ini tanpa masalah, sebab
kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Kembangkan sikap rendah hati, dan
dengan tulus kita belajar berlindung kepada TUHAN sembari tetap melakukan
bagian tanggung jawab kita yang memang harus kita lakukan.


Dengan menghayati keringkihan diri kita sebagai manusia, kita belajar hidup
dalam perlindungan TUHAN.

Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
http://virtuenotes.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar