Jumat, 06 Agustus 2010

Tetap percaya

Tetap
percaya walau situasi sulit

Mazmur 115

Apa kesulitan umat Tuhan
yang hidup di tengah bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan? Bukankah Israel yang terbuang di antara bangsa-bangsa
lain memperlihatkan bahwa Allah Israel
tidak berkuasa menyelamatkan mereka?

Pemazmur menggubah pujian
kepada Tuhan untuk dinyanyikan dalam suatu ibadah dengan liturgi yang
bersahut-sahutan. Ayat 1-2 dimulai dengan permohonan umat agar Tuhan
menunjukkan diri-Nya untuk mengatasi ejekan bangsa-bangsa lain yang merendahkan
Dia. Lalu seorang imam yang mewakili umat menyahut dengan keyakinan penuh bahwa
Allah mereka jauh lebih berkuasa daripada dewa-dewi bangsa-bangsa yang ada di
sekeliling mereka. Imam tersebut mengontraskan ketidakberdayaan dewa-dewi kafir
dengan keperkasaan dan kemuliaan Tuhan (3-8). Ayat 9-11, mungkin dikumandangkan
oleh paduan suara, mendorong umat untuk tinggal teguh dalam keyakinan bahwa
Tuhan adalah Penolong mereka. Menarik sekali ayat-ayat yang sepertinya
dinyanyikan bersahutan ini: ayat 9a, 10a, 11a, disambut dengan 9b, 10b, 11b.
Ayat 12-15 si imam mengucapkan berkat bagi semua peserta ibadah. Akhirnya
mazmur ini ditutup dengan respons seluruh jemaat, yang memuji Tuhan dengan
segenap hati mereka (16-18).

Mengapa mazmur ini
menggambarkan keberanian umat memercayai Tuhan di tengah situasi sulit? Karena
kasih setia yang sudah pernah dialami umat Tuhan. Dengan mengingat semua kebaikan
Tuhan pada masa lampau, umat tidak terjebak situasi sulit yang sedang mereka
alami. Mereka tahu bahwa semua yang terjadi pada diri mereka ada dalam kontrol
Allah. Maka umat Tuhan harus saling mengingatkan dan saling menguatkan untuk
tetap setia menantikan karya Tuhan yang dahsyat agar sekali lagi dinyatakan.

Situasi apa yang sedang
Anda hadapi? Beranikah Anda menyatakan iman Anda kepada Tuhan? Jangan
menggumulinya sendirian. Ajaklah saudara seiman untuk menggumuli hidup dengan
saling menguatkan dan meneguhkan!

|||||| sumber: http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/ ||||||

Arti Masalah

Mazmur 119:67-72
Mazmur 60-62;
Roma 5

Tidak ada masalah yang
meninggalkan Anda dalam keadaan sama se­perti saat ia mendatangi Anda. Pasti
selalu ada akibat yang ditimbulkannya. Dengan masalah yang terjadi, keadaan
Anda bisa menjadi lebih baik, atau sebaliknya, lebih buruk. Jika masalah
membuat kita lebih bu­ruk, tentu ada yang salah da­lam diri kita sa­at
merespons masalah ter­se­but. Bukan­kah Tuhan mengizinkan ma­sa­lah terjadi di
hidup kita untuk membuat kita lebih baik?

Bagi orang-orang sukses, kerap
kali ma­salah adalah peluang untuk mencapai kemajuan. Pernyataan ini tidak ada
dalam kamus orang-orang yang menyukai kemu­dahan dan antimasalah. Demikian juga
arti masalah bagi orang kristiani. Tuhan ti­dak pernah mengizinkan segala
sesuatu terjadi tanpa ada tujuan di dalamnya. Pemazmur pernah berkata, "Bahwa
aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu" (ayat
71). Meng­­a­pa penindasan, penderitaan, tekan­an, aniaya, dan kesesakan itu
baik? Karena itu membuat kita belajar ketetapan Tuhan. Memproses kita untuk
makin serupa dengan-Nya.

Saat menghadapi masalah, kita
akan menemukan sesuatu da­lam diri yang tak kita ketahui sebelumnya. Proses ini
mengajar kita rendah hati dan memegang janji Tuhan (ayat 67), sehingga kita
lebih dewasa. Bayangkan jika masalah dan pemrosesan Tuhan tidak da­tang di
hidup kita. Tentu keadaan kita tak lebih baik dari se­karang, bukan? Biarlah
kita menjadi orang yang tidak alergi dengan pende­ritaan dan masalah. Apa arti
masalah yang menghampiri Anda? Ke­majuan atau kemunduran? Milikilah mental
juara. Jua­ra tak takut pada masalah. Mereka yakin masalah akan membuat mereka
lebih baik.

JANGAN PERNAH TAKUT
MENGHADAPI MASALAH

KARENA MASALAH AKAN
MEMBAWA KITA MAJU SETAHAP

sumber: http://www.renunganharian.net/ ||||||

Tidak ada komentar:

Posting Komentar