Minggu, 01 Agustus 2010

ALKITAB MENUBUATKAN PERUBAHAN GEOPOLITIK GLOBAL

ALKITAB MENUBUATKAN PERUBAHAN GEOPOLITIK GLOBAL


Dalam eskatologi atau pengetahuan mengenai akhir zaman, masa tribulasi atau masa sukar sering digambarkan sebagai musim kemarau atau musim panas. Pada Perjanjian Lama akhir zaman itu dilambangkan dengan panen di musim kemarau. Di kitab Amos dan Mikha akhir zaman digambarkan dengan pengumpulan buah-buahan musim kemarau(Amos 8:1-2, Mikha 7:1). Di Perjanjian Baru Yesus memakai istilah 'musim panas' untuk menggambarkan masa sukar atau masa tribulasi (Mat 24:32, Mark 13:28, Luk 21:30).

Alkitab menubuatkan ada peristiwa besar yang akan terjadi menjelang masa tribulasi yang dilambangkan dengan 'musim panas' atau 'masa kemarau' ini. Salah satu tanda tersebut adalah Perubahan Geopolitik dunia. Sebuah perubahan drastis dari peta politik dunia akan terjadi menjelang masa-masa yang paling menentukan, yaitu memasuki 'musim panas' itu.

Alkitab mencatat bahwa Tuhan Yesus dalam Lukas 12:54-56, mengatakan: "Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini."

Sepintas perkataan ini, hanya seperti sebuah analogi yang kebetulan cocok untuk mengecam orang-orang yang tidak dapat menilai zaman. Tetapi setiap perkataan Tuhan Yesus tidak pernah diucapkan hanya untuk satu tujuan yang dangkal saja, selalu ada makna lain yang dalam dari setiap perkataan-Nya. Ingatlah bahwa Dia adalah 'Kalimatulah', Sang Firman Allah sendiri.

Perhatikanlah semasa hidup-Nya yang singkat di masa lalu, Yesus tidak pernah mengatakan sesuatu yang bersifat sekadarnya. Setiap kata yang keluar dari mulut-Nya adalah Firman. Dalam Yoh 6:63 Dia berkata: "Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Dia juga berkata dalam Mat 24:35, "bumi ini akan lenyap, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu." Artinya setiap perkataan Yesus memiliki makna yang lebih dari sekedar perkataan biasa.

Perkataan Tuhan Yesus di Lukas 12:54-56 di atas mengandung pengajaran bahwa situasi memasuki masa tribulasi itu seperti situasi perubahan musim, yaitu dari 'musim hujan' ke 'musim panas' atau 'kemarau'. Bagaimanakah situasinya? Awan yang di sebelah barat itu akan sirna, hujan akan berhenti, dan angin selatan akan bertiup, lalu kekeringan akan melanda.

Ini adalah sebuah 'prophecy' atau suatu nubuatan bahwa, menuju ke masa sukar itu akan ditandai dengan suatu perubahan Geopolitik secara global menjelang masa sukar. 'Hujan' yang melambangkan situasi yang penuh berkah akibat 'awan dari barat' akan segera berlalu. Sebagai gantinya 'angin dari selatan' akan bertiup, dan 'kemarau' pun kemudian datang.

SURUTNYA AWAN DARI SEBELAH BARAT

Apakah awan dari sebelah barat? Saya telah memeriksa di seluruh Alkitab kita, awan bermakna sesuatu yang positif. Pada Perjanjian Lama selain awan merupakan lambang perlindungan yang mengingatkan kita pada pengembaraan bangsa Israel di padang gurun, awan juga merupakan lambang dari kehadiran Allah di tengah manusia(Kel 13:21, Kel 16:10, Kel 19:9, Ima 16:2, 1Raj 8:10, Maz 68;5, Yes4:5, Yer 51:9, Yeh 10:4). Demikian juga dalam Perjanjian Baru, awan merupakan gambaran dari kemuliaan hadirat Allah (Mat 17:5, Kis 1:9, Luk 21:27, 1Tes 4:17, Wah 14;14). Lalu apakah barat itu? Barat adalah berbicara mengenai belahan bumi bagian barat. Bumi kita memang bulat, tetapi wilayah Amerika adalah wilayah yang diakui dan disebut sebagai barat. Dalam perhitungan waktu kita mengenal Amerika adalah wilayah yang paling barat(terakhir).

Jadi masa awan naik di sebelah barat adalah masa 'kemuliaan Allah di Amerika', masa 'kepemimpinan rohani Amerika'. Masa itu merupakan 'musim hujan', musim penuh keberkatan bagi umat manusia di seluruh dunia. Masa dimana Injil Kerajaan dapat menjangkau bangsa-bangsa, sekaligus masa kemajuan perekonomian dunia mencapai puncaknya. Sayangnya masa itu kini memudar, ketika bangsa Amerika mulai memilih pemimpin-pemimpin baru yang duniawi dan tidak mengenal 'standar rohani'. Para pemimpin baru mereka adalah penganut sistem duniawi, mereka melarang kegiatan rohani di sekolah-sekolah, mengijinkan seks bebas, melegalkan pengguguran kandungan, mengawinkan kaum homoseksual dan masih banyak kebijakan 'baru' yang muncul dan lambat laun memadamkan cahaya Kemuliaan Allah atas mereka. Dan krisis perekonomian dunia pun terjadi, dimulai dari Amerika. Masa Amerika memimpin sudah habis, wibawa ilahinya sudah pudar. 'musim hujan' itu pun sudah surut.

Bila kita mengikuti berita-berita paling mutakhir, kita akan tahu bahwa hal itu benar-benar sedang terjadi. Amerika Serikat sedang kehilangan pamornya. Presiden AS Barack Obama yang dielu-elukan ketika terpilih di Tahun 2008, tiba-tiba terjun bebas popularitasnya. Kebijakan bail out yang memanjakan Wall Street, kegagalannya menggerakkan perdamaian di Timur Tengah, mandeknya ekspansi NATO, krisis Nuklir Iran dan Korea Utara, bahkan kegagalan Amerika dalam hal memperjuangkan Chicago sebagai tuan rumah Olimpiade, menggambarkan Obama hanya pandai berpidato. Sementara itu kebijakan Jaminan Kesehatan yang kontroversial membuat Obama makin terpuruk di hadapan rakyatnya sendiri. Amerika akan sibuk dengan urusan-urusan dalam negeri, tidak akan lagi memainkan peranan besar di dunia.

Pudarnya kepemimpinan AS tercermin dari sikap banyak pemimpin dunia lainnya. Baru-baru ini (30/3) Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dalam pidatonya di Columbia University - New York, memperingatkan bahwa AS tidak bisa 'menjalankan' dunia sendirian. Sarkozy mendesak AS bergabung dengan Uni-Eropa untuk mengatur perekonomian dunia ke depan. Jangan memandang pernyataan Sarkozy yang nampak arogan ini dengan sebelah mata, Alkitab memang menubuatkan Eropa yang akan berperan sebagai 'sherif dunia' pada akhir zaman.

Awal bulan ini (5/4), empat negara berpenduduk besar yang kemudian disebut kelompok BRIC (Brazil, Rusia, India dan China) menyindir kepemimpinan AS dan mengangkat soal rapuhnya Dolar AS serta menyatakan ingin 'merombak' tatanan dunia. Bergeraknya BRIC membuat posisi AS makin tenggelam dalam kancah percaturan politik dan ekonomi dunia. Sementara AS tengah membenahi ekonominya yang amburadul akibat berbagai skandal perbankan dalam negeri, anggota BRIC justru sedang bangkit menjadi kelompok raksasa ekonomi baru.

Sementara itu Israel negara yang selama ini mengandalkan AS sebagai sahabat setia, menganggap Obama sebagai tragedi besar untuk Israel. Pasalnya kebijakan Gedung Putih yang semula banyak menjadi 'pembela' Israel, kini berbalik arah menekan. Pemerintah Obama mengeluarkan 13 tuntutan kepada Israel, dan akhirnya Netanyahu dan sekutu koalisinya secara implisit menyatakan akan terus jalan walau tanpa AS. Di sisi lain, negara-negara Arab masih merasa bahwa Obama perlu mewujudkan tindakan-tindakan nyata terhadap Israel bukan sekedar ancaman di atas mimbar. Entah karena sebuah 'ide cemerlang' atau karena bingung dengan sikap Eropa dan BRIC, hari ini (26/4) Obama membuat gebrakan, AS menyelenggarakan KTT Ekonomi bersama negara-negara Islam. Apakah ini pertanda 'awan dari barat' telah sirna sama sekali?

BERTIUPNYA ANGIN SELATAN

Lalu apakah Angin Selatan? Berbeda dengan awan, angin dalam Alkitab banyak melambangkan sesuatu yang negatif. Angin itu sering dipakai untuk melambangkan suatu hukuman atau tulah (Ayu 30:22, Maz 11:6, Pen 8:8, Yes 19:7, Yer 22:22, Yer 23:19, Yeh 17:10, Dan 7:2, Hos 13:15, Zak 9:14), juga kecemasan atau ancaman (Ima 26:36, Maz 55:9, Ams 1:27, Yes 4:6, Yes 25:4, Yes 32:2, Mat 7:25, Mat 14:30, Yak 1:6, Wah 6:13). Apakah tulah atau ancaman dari Selatan? Hal ini terutama menggambarkan kegerakkan dari negara-negara Selatan Israel yaitu negara-negara Arab dan Afrika Utara.

'Angin Selatan' memang sedang mulai bertiup pada waktu-waktu ini. Ketika AS pada 12-13 April lalu menyelenggarakan konferensi Internasional tentang keamanan nuklir, yang mengangkat kasus nuklir Iran. Dunia Selatan tidak tinggal diam, sepekan kemudian Tanggal 17-18 April mereka menyelenggarakan konferensi tandingan di Teheran - Iran, dan mengangkat persoalan nuklir Israel. Hal Ini merupakan refleksi perlawanan yang semakin jelas dari negara-negara Selatan terhadap dominasi negara-negara Utara(negara-negara maju). Disini kita melihat kepemimpinan Iran yang dominan, ini sesuai dengan peran Iran(Elam) dalam nubuat mengenai Armagedon kelak.

Bulan sebelumnya, para pemimpin Arab telah menyelenggarakan KTT Liga Arab ke-22 di kota pantai Sirte - Libya - Afrika Utara (27-28/3). Mereka terutama membahas ketegangan di kawasan timur tengah. Dalam kaitan krisis di Yerusalem Timur, SekJen Liga Arab Amir Mousa memperingatkan dunia Arab agar siap terhadap segala kemungkinan terburuk jika proses perdamaian mengalami kebuntuan. Menurut Mousa sudah tiba saatnya melawan Israel secara tegas, proses perdamaian harus ada batas waktu.

Sementara itu Afrika Utara mulai menunjukan 'panasnya angin selatan'. Dengan gerakan Al-Qaeda melalui sayap organisasinya di Afrika Utara (Al-Qaeda Islamic Maghreb/AQIM) membuat negara-negara gurun ini makin membara. Foxnews melaporkan awal Maret lalu (1/3) bahwa, jaringan teror Al Qaeda di Afrika Utara ini tumbuh cepat dan merekrut banyak anggota baru, ancaman akan mengguncang daerah yang sudah rawan ini. Bruce Riedel, seorang rekanan senior di Brookings Saban Center (Sebuah lembaga studi AS mengenai Timur Tengah) dan mantan pejabat CIA, mengatakan bahwa kelompok teror Afrika Utara AQIM memiliki potensi yang sangat besar untuk beroperasi di tengah populasi negara-negara Islam Sub-Sahara ini. "Sekarang, jika mereka mulai melakukan reorganisasi, merekrut dan mengembangkan, karena potensi internasionalnya, bisa menjadi ancaman yang jauh lebih berbahaya lagi."

TVONE melaporkan bahwa, Tujuh negara Afrika utara, Pertengahan Maret (16/3), mengadakan pembicaraan di Aljazair untuk merencanakan reaksi terkoordinasi terhadap AQIM, setelah ancaman teror meningkat di wilayah Sahara-Sahel. AQIM, yang dikendalikan dari Aljazair, melancarkan sejumlah serangan di negeri itu, termasuk serangan bunuh diri dengan sasaran rombongan Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika yang menewaskan 22 orang dan melukai lebih dari 100 orang. CBS News melaporkan bahwa, pemimpin Al-Qaeda di Maghreb Islam (AQIM) Abu Mus'ab Abdel Wadud, telah mendesak umat Islam untuk membiayai serangan terhadap kepentingan AS dan Israel di Afrika Utara, dalam sebuah rekaman suara disebuah website Islam militan. Selain itu AQIM juga mengancam akan menyerang pada saat penyelenggaraan World Cup.

Afrika Utara mulai memanas sejak akhir tahun lalu. Telah banyak terjadi berbagai insiden yang mencemaskan di Afrika Utara, mulai dari berbagai penculikan, pembajakan, sampai konflik kemanusiaan yang menelan ratusan korban jiwa. Aljazeera melaporkan telah terjadi peningkatan insiden pembajakan kapal-kapal niaga di perairan Afrika. selama Tahun 2009 telah lebih dari 100 peristiwa pembajakan terjadi.

Angin Selatan benar-benar sedang mulai bertiup, musim panas telah datang. Rupa bumi dan langit kita tahu menilainya, kita harus dapat menilai zaman ini. Berjaga-jagalah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar