Sabtu, 14 Agustus 2010

Akibat Buah Terlarang

Akibat Buah Terlarang


Kejadian 2 : 8–17

2:8. Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah
ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu.
2:9 Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik
dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman
itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
2:10 Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari
situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang.
2:11 Yang pertama, namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah
Hawila, tempat emas ada.
2:12 Dan emas dari negeri itu baik; di sana ada damar bedolah dan batu
krisopras.
2:13 Nama sungai yang kedua ialah Gihon, yakni yang mengalir mengelilingi
seluruh tanah Kush.
2:14 Nama sungai yang ketiga ialah Tigris, yakni yang mengalir di sebelah timur
Asyur. Dan sungai yang keempat ialah Efrat.
2:15 TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk
mengusahakan dan memelihara taman itu.

2:16. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam
taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,
2:17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah
kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."


Dalam kisah Adam dan Hawa, TUHAN membuat suatu larangan, agar Adam dan Hawa
tidak makan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat yang ada di tengah Taman
Eden. Ini tidak bisa dikatakan sebagai hukum dan peraturan seperti yang kita
kenal hari ini, sebab hukum dan peraturan yang kita kenal hari ini bertalian
dengan ketertiban hubungan antarmanusia, berhubung manusia telah rusak dan
menjadi mahkluk yang berbahaya bagi sesamanya.

Buah pengetahuan yang baik dan jahat itu sebenarnya hanya sebuah ukuran atau
suatu tanda untuk mengukur ketaatan manusia pada TUHAN atau tidak; apakah
manusia tetap memercayai TUHAN dan bersedia menjadi sekutu-NYA. TUHAN sengaja
menempatkan pohon itu karena IA ingin manusia rela taat kepada-NYA dari
kehendak bebas manusia itu sendiri, bukan karena paksaan. Supaya manusia bisa
memilih untuk taat, berarti harus ada pilihan lain untuk tidak taat. Dengan
makan buah itu berarti manusia memilih untuk tidak mau taat kepada TUHAN.

Ketika manusia makan buah terlarang itu, manusia jatuh ke dalam dosa. Roh dari
ALLAH yang dihembuskan TUHAN (Kej. 2 : 7) menjadi mati (Kej. 2 : 17). Kejatuhan
manusia ini membuat manusia kehilangan kemuliaan ALLAH (Rm. 3:23). Artinya
manusia menjadi tidak berkualitas: kehilangan kesanggupan untuk mengerti
kehendak TUHAN. Kecenderungannya berdosa semata-mata. Martin Luther, mengutip
Augustinus, menyebutnya non posse non peccare (tidak bisa tidak berbuat dosa).

GambarALLAH yang hilang inilah yang sesungguhnya merupakan tragedi yang sangat
mengerikan dan menyedihkan. Selama ini banyak orang berpikir bahwa akibat
terbesar dari makan buah terlarang adalah manusia harus bersusah payah bekerja
dan berjuang mencari nafkah untuk kelangsungan hidupnya di bumi ini. Sebetulnya
itu bukan masalah besar dibandingkan dengan kehilangan gambar ALLAH dan
kesanggupan mengerti kehendak TUHAN.

Maka inilah bencana terbesar dalam kejatuhan manusia: kehilangan gambar ALLAH,
terpisah dari ALLAH Sang Sumber Kehidupan. Manusia harus mati akibat makan buah
terlarang itu. Kalau sesudah mati tidak ada apa-apa, bukan persoalan besar.
Tetapi di balik kematian itu ada surga kekal atau neraka kekal, sehingga
manusia diperhadapkan kepada kenyataan yang sangat mengerikan: kalau seseorang
tidak melakukan kehendak TUHAN, ia terpisah dari TUHAN selama-lamanya dan
bagiannya adalah api kekal. Oleh sebab itu jangan sampai kita gagal mengerti
kehendak TUHAN dan gagal melakukannya. Keselamatan dalam TUHAN Yesus
Kristusmenyediakan jalan keluar ini, menghidupkan Roh dari ALLAH yang
dihembuskan-NYA dalam manusia. Kita harus meresponi hal penting ini dengan
serius.


Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
http://virtuenotes.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar