Sabtu, 14 Agustus 2010

Pergi ke rumah Tuhan

Mari kita pergi ke rumah Tuhan

Mazmur 122

Ketika tiba hari Minggu, dan saatnya untuk ke rumah Tuhan, perasaan apa
yang muncul di hati kita? Setelah lelah bekerja selama lima atau enam hari,
bagaimana keadaan hati kita ketika pergi ke rumah Tuhan? Seringkali
"sukacita" bukanlah jawaban yang ada di hati kita bukan? Bagi
orang-orang yang aktif terlibat dalam pelayanan mungkin yang terbayang adalah
keletihan yang akan dihadapi sepanjang hari Minggu. Sebagian orang mungkin
merasa tidak enak, ada yang mengganjal kalau belum ke gereja. Ada pula yang
merasa berbeban berat karena harus bertemu Ibu A atau Bapak B. Ada pula yang
merasa biasa-biasa saja karena ke gereja adalah bagian dari agenda rutin
mingguan.

Daud mengungkapkan betapa bersukacita dan bergairahnya dia ketika orang
mengajak dia pergi ke rumah Tuhan. Mazmur ini banyak berbicara tentang
Yerusalem. Namun kita melihat di ayat 9 bahwa Yerusalem menjadi sumber sukacita
dan gairah Daud bukan karena kota itu sendiri, melainkan karena adanya Bait
Allah di situ. Dalam konteks kita, kita bisa meletakkan gereja dalam pandangan
yang sama seperti Daud memandang Yerusalem.

Apa perasaan kita waktu melangkahkan kaki ke gereja? Dari ayat 8 dan 9 kita
bisa mendengar gaung kerinduan hati Daud untuk melangkahkan kakinya ke
Yerusalem. Di sana ia akan bertemu dengan saudara dan teman, orang-orang yang
mencintai Tuhan. Di sana juga ada Rumah Tuhan. Di gereja kita bersekutu dengan
sesama anak Tuhan, saudara seiman. Kita disegarkan kembali oleh perjumpaan
dengan Allah.

Waktu melangkahkan kaki ke gereja, apa perasaan kita? Adakah kita memiliki
sukacita dan gairah seperti yang Daud miliki? Jika sukacita dan gairah itu
telah pudar dimakan waktu, dimakan kesibukan kita di gereja, dimakan oleh
keletihan pelayanan kita, inilah saatnya kita berhenti dan berdoa, meminta
Tuhan memulihkan kembali sukacita dan gairah untuk datang ke rumah Tuhan:
bersekutu dengan saudara seiman dan memuji Allah.

|||||| sumber: http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/
||||||

Sisa 12 Bakul

Bacaan hari ini: Yohanes 6:1-14

Ayat mas hari ini: Yohanes 6:9

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur
74-76; Roma 9:16-33

Di sebuah gereja kecil ada
seorang ibu yang rajin melakukan tugas-tugas ge­re­ja walau yang sederhana;
menyapu ruangan, membereskan kursi-kursi sehabis dipakai acara gereja, menata
buku nya­nyi­an dan warta jemaat sebelum kebaktian, dan lain-lain. Gereja itu
tidak punya karya­wan tetap untuk mengurus pekerjaan ter­se­­but. Ia
melakukannya dengan sukarela dan senang hati. "Saya ini bukan orang yang
pintar, tetapi saya ingin memberikan ke­pada Tuhan apa yang bisa saya lakukan
wa­lau mungkin sangat kecil," begitu ia ber­­kata. Ibu itu sungguh menjadi
berkat bagi gerejanya.

Dalam Injil Yohanes dikisahkan
ten­tang orang banyak berbondong-bondong mengikuti Tuhan Yesus. Mereka sangat
ter­pesona dengan kuasa mukjizat dan pengajaran Tuhan Yesus. Hingga sampailah
mereka di tempat terpencil, jauh ke mana-mana. Para murid pun kebingungan,
bagaimana mereka bisa memberi makan orang sebanyak itu. Di antara orang banyak
itu rupanya ada seorang anak kecil yang mempunyai lima roti dan dua ikan. Ia
menye­rah­kannya kepada Tuhan Yesus. Dari yang sedikit itulah kuasa Tuhan di­nyatakan.
Orang banyak dikenyangkan. Bahkan, masih tersisa 12 bakul.

Kita mungkin bukan orang yang
pintar, bukan orang kaya, tidak punya jabatan penting dan tidak pandai bicara.
Pendek kata, kita orang yang biasa-biasa saja. Tidak usah berkecil hati. Yang penting kita pu­nya
niat untuk menyerahkan apa yang kita mampu dan kita punya untuk Tuhan. Sesuatu
yang kecil dan sederhana, kalau kita serahkan untuk Tuhan, akan menjadi sesuatu
yang sangat berarti.

BANYAK
HAL BESAR BERASAL DARI PERKARA KECIL

YANG
DISERAHKAN KEPADA TUHAN

Penulis: Ayub Yahya

|||||| sumber: http://www.renunganharian.net/ ||||||

Tidak ada komentar:

Posting Komentar