Jumat, 06 Agustus 2010

Piala keselamatan

Piala keselamatan Allah

Mazmur 116

Pengalaman apa dalam hidup kita yang membuat kita benar-benar bersyukur
kepada Tuhan? Penulis mazmur ini memiliki pengalaman lepas dari maut. Itulah
yang dia tuangkan dalam mazmur syukur ini.

Mazmur syukur biasanya mulai dengan ajakan untuk memuji atau bersyukur
kepada Tuhan. Namun mazmur ini dimulai dengan pernyataan kasih pemazmur kepada
Tuhan. Kasih yang merupakan respons pemazmur terhadap pertolongan Tuhan yang
nyata pada waktunya. Dua kali pemazmur menyebut dirinya dalam keadaan terancam
maut (3, 8). Pemazmur ketakutan, merasa sangat lemah (6), dan tertindas (10). Pemazmur
pun berseru minta tolong (4). Tuhan mendengar jeritannya dan menolong dia lepas
dari situasi yang sangat mengerikan tersebut. Pertolongan Tuhan membuat hati
pemazmur menjadi teduh (7). Keyakinannya akan kebaikan Tuhan semakin mantap
walaupun situasi belum sama sekali membaik (10).

Pertolongan Tuhan yang begitu luar biasa, membekas di sanubari pemazmur. Maka ia bertekad untuk
membalas kebaikan Tuhan. Apa yang hendak dia lakukan? Pertama, ia hendak menyatakan
kebaikan Tuhan di hadapan umat Tuhan. Mengangkat piala keselamatan Tuhan
berarti menyaksikan karya penyelamatan-Nya. Kedua, pemazmur hendak
mempersembahkan kurban syukur kepada Tuhan. Ini menunjukkan bahwa sikap ibadah
pemazmur sesuai dengan aturan Taurat. Ketiga, pemazmur hendak membayar nazar yang
rupanya ia ikrarkan ketika menghadapi masa-masa sulit tersebut. Pemazmur tidak
melupakan janjinya. Sampai dua kali, pernyataan akan membayar nazar itu
diungkapkan (14, 18). Ini membuktikan keseriusan pemazmur.

Pertolongan terbesar yang pernah Tuhan lakukan dalam hidup kita ialah
tatkala Ia membebaskan kita dari belenggu dosa dan maut oleh kasih karunia
Tuhan Yesus. Sudahkah kita mengangkat piala keselamatan Kristus di hadapan
umat-Nya seraya memproklamasikan kasih-Nya kepada dunia ini?

|||||| sumber: http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/ ||||||

Susahnya Jadi Orang Jujur

Mazmur 64
Mazmur 63-65;
Roma 6

Mampukah kita hidup normal di
tengah orang-orang gila? Mungkin saja mam­pu, tetapi pasti tidak gampang. Satu
atau dua hari mungkin kita masih bisa berta­han hidup se­bagai orang normal di
tengah orang gila, tetapi lama kelamaan kita pasti akan menjadi bi­ngung
sendiri; siapa yang gila dan sia­pa yang nor­mal.

Begitulah kira-kira kondisi yang
se­dang ki­ta hadapi pada zaman sekarang ini. Kita akan selalu diperhadapkan de­ngan
sistem atau bahkan orang yang tidak me­nyukai kejujuran dan kebenaran. Jujur
men­jadi se­buah kata yang mahal. Pada wak­tu kita berusaha menjadi jujur,
tidak jarang orang malah membenci kita dan menganggap kita sok suci. Apa yang
ha­rus kita lakukan dalam kondisi yang seper­ti ini?

Daud pernah mengalami hal
seperti itu. Dalam Mazmur 64, ia berteriak karena dikelilingi oleh orang-orang
fasik yang tidak me­nyukai hidup benar dan jujur, seperti yang dijalani
olehnya. Dan, Daud tidak bisa melawan atau berbuat apa-apa. Jadi, yang ia la­ku­kan
adalah da­tang kepada Tuhan dan berdoa dengan keyakinan, bah­wa orang yang
benar dan jujur tetap berada dalam lindungan Tuhan.

Mungkin kita pun akan mengalami
hal serupa. Keadaan dunia saat ini bisa memaksa kita untuk berbuat tidak jujur.
Akan tetapi, marilah kita memantapkan langkah untuk selalu bertindak jujur,
berapa pun besar risiko yang harus kita tanggung. Dan, kemantapan langkah itu
kita iringi dengan keyakinan bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kita terantuk.
Dia akan senantiasa menyertai dan melindungi kita

JANGAN
TAKUT UNTUK BERLAKU JUJUR

KARENA
TUHAN MELINDUNGI ORANG JUJUR

Penulis: Riand Yovindra

|||||| sumber: http://www.renunganharian.net/ ||||||

Tidak ada komentar:

Posting Komentar