Sabtu, 17 Juli 2010

PERNAHKAH BERDOA ITU SALAH?

Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga
doanya adalah kekejian. (Amsal 28:9)

Alkitab mengatakan agar kita berdoa tanpa henti. Apakah ada saat
berdoa bisa jadi salah? Saya akan memberikan lima situasi atau
keadaan saat -- sesuai firman Allah -- kita berada "di luar jalur"
ketika berdoa.

PEMULIHAN

Matius 5:23-24 berkata, "Sebab itu, jika engkau mempersembahkan
persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang
ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah
persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu
dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu
itu."

Berdoa akan menjadi sesuatu yang keliru saat Tuhan memberitahukan
Anda untuk pergi dan berdamai dengan seseorang terlebih dulu. Saat
kita tidak berada dalam hubungan yang benar dengan orang lain,
mungkin kita ingin berbuat seolah-olah segala sesuatunya baik-baik
saja. Kita mungkin dengan sungguh-sungguh mencari Tuhan dan memohon
supaya lebih dekat kepada-Nya, tetapi Tuhan berkata, "Tunggu dulu.
Ada satu hubungan di hidupmu yang retak. Pertama-tama, kamu harus
pergi dan memperbaiki hubungan tersebut."

Sebagai seorang pendeta, saya telah menyaksikan fenomena menyedihkan
yang disebut dengan "kutu loncat gereja". Mereka adalah orang-orang
yang pergi dari satu gereja ke gereja lainnya dengan meninggalkan
jejak hubungan-hubungan yang retak di belakang mereka. Orang-orang
ini tidak bisa sependapat dengan sesama pelayan Tuhan, rekan
sekerja, keluarga, atau orang lain, tetapi mereka merasa bahwa
hubungan yang retak ini tidak mengganggu hubungan mereka dengan
Tuhan. Namun Tuhan berkata, jika Anda datang ke hadirat-Nya untuk
mempersembahkan pujian atau berdoa dan Dia mengingatkan bahwa Anda
memiliki hubungan dengan orang lain yang sedang berada "di luar
jalur", Anda perlu meninggalkan persembahan Anda di altar dan pergi
dulu mencari pemulihan dalam hubungan tersebut. Mungkin ada
seseorang dalam kehidupan Anda yang menolak usaha Anda untuk
melakukan pemulihan. Hal ini terjadi pada saya. Lalu bagaimana?

Dalam Roma 12:18 kita membaca: "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu
tergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!"
Ada dua syarat yang luar biasa memberkati dalam ayat ini. Pertama,
"Sedapat-dapatnya." Hal ini dengan jelas berarti bahwa kadang-kadang
hal tersebut tidak mungkin. Rasul Paulus, yang menulis ayat ini,
tidak selalu sependapat dengan semua orang sepanjang waktu. Kedua,
Paulus berkata, "kalau hal itu tergantung padamu, hiduplah dalam
perdamaian dengan semua orang." Bagaimana jika ada seseorang yang
benar-benar tidak setuju dan menolak untuk berdamai dengan Anda?
Anda tidak bisa mengendalikan tingkah laku orang lain, tetapi Anda
harus benar-benar mencari perdamaian. Jadi, jika Anda datang untuk
menyembah Tuhan dan mendekat kepada-Nya dan Dia mengingatkan Anda
(bahkan mungkin saat ini juga) tentang sebuah hubungan yang tidak
beres, Anda harus berusaha memperbaikinya. Kemudian, Anda bisa
berdoa tanpa halangan.

Sebagai seorang pendeta, saya memunyai anggota yang ketika ingin
menjadi anggota gereja, mereka pertama-tama perlu pergi dan mencari
perdamaian dengan orang lain, kadang-kadang dengan orang dari gereja
yang baru saja mereka tinggalkan. Suatu kali, seorang eks-pendeta
dari gereja lain datang untuk menjadi anggota. Dia telah dipaksa
untuk mengundurkan diri dari kependetaannya karena dosa yang
diketahui masyarakat dan ia meninggalkan sebuah hubungan yang retak.
Sebelum mengikat perjanjian dengan kelompok saudara-saudara lainnya,
dia perlu kembali dan berusaha membereskan hubungannya dengan
anggota jemaat gereja lamanya.

Gereja-gereja tidak seharusnya langsung menerima siapa pun ke dalam
keluarga gerejanya. Alkitab jelas-jelas menyatakan bahwa ikatan
sebuah hubungan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Keanggotaan
dalam gereja juga harus diperhitungkan. Jika kita benar-benar
mengasihi sesama, kita mau supaya mereka melakukan kehendak Allah.
Kehendak Allah dalam hubungan mereka dengan orang lain, khususnya
dengan keluarga di dalam Kristus, adalah mencari perdamaian dan
berusaha mendapatkannya.

Berdoa itu salah ketika kita masih memerlukan perdamaian dengan
orang lain atau sesama. Berdoa bukanlah hal yang harus dilakukan.
Berdoa harus menunggu karena Tuhan berkata pergi dan carilah
perdamaian dengan saudaramu dulu dan firman-Nya memberikan petunjuk
bagaimana kita harus melakukannya.

DOA YANG DIPAMERKAN

Matius 6:5-8 mengatakan, "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa
seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri
dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya,
supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah
ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang
ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi
akan membalasnya kepadamu. Lagi pula dalam doamu itu janganlah kamu
bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.
Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan
dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu
mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya."

Keliru sekali kalau kita berdoa hanya untuk pamer. Kadang-kadang,
saya tergoda untuk merangkai kata-kata di dalam doa saya, baik di
depan umum maupun saat sendirian. Saya dapat berbicara dan berbicara
tentang mengatasi masalah agar tidak terlalu banyak memusingkan
indahnya kalimat doa, tetapi kemudian saya melakukannya lagi. Saya
merasa harus menampilkan yang bagus. Sekali lagi, saya harus belajar
untuk tidak terfokus kepada diri sendiri dan memusatkan kepada Tuhan
seperti seharusnya.

Orang tua saya merupakan prajurit doa. Keduanya tahu caranya berdoa
dan doa mereka memberikan efek yang besar. Saya benar-benar
menyadari bahwa banyak dari berkat yang saya alami bukan sepenuhnya
jawaban doa saya, tetapi merupakan jawaban doa-doa mereka bagi saya
dan saya merasa sangat beruntung. Namun, orang tua saya tumbuh pada
waktu yang jauh lebih awal. Mereka belajar dan mempelajari Alkitab
versi Inggris kuno (bahasa Inggris era Shakespeare).

Jika salah satu dari mereka berdoa dalam ibadah keluarga, mereka
menggunakan bahasa Inggris kuno. Mereka tidak menyapa Tuhan dengan
kata ganti kedua yang biasa kita dengar, Tuhan disebut dengan Dikau
atau Engkau ("Thy", "Thee", "Thou"). Orang tua saya tidak hanya
menyatakan sebutan-sebutan yang benar dalam bahasa Inggris kuno,
mereka juga menggunakan bentuk kata kerja kuno "art", "hast",
"knowest" (bahasa Inggris modern: "are", "has", "known"). Saya
mempelajari bahasa kuno nan indah ini dari mereka.

Namun kalau saya yang mengucapkannya, belum tentu demikian. Saya
belajar dan mempelajari Alkitab terjemahan modern, dan saya bahkan
tidak pernah terpikir untuk berbicara dengan istilah-istilah bahasa
Inggris kuno. Kecuali kalau saya berlatih berbicara dalam bahasa
Inggris kuno, berdoa menggunakan bahasa Inggris kuno akan
menggelikan, dan benar-benar mengganggu saya dan orang lain yang
berdoa bersama saya.

Saya banyak mendengar banyak orang yang tidak berhasil menggunakan
bahasa Inggris era Shakespeare, aik ketika berdoa maupun bernubuat.
Memperindah bahasa tidak akan menambah kualitas spiritual dalam
kata-kata kita. Beberapa orang senang menggunakan bahasa puitis
kepada Tuhan. Jika Anda ingin berdoa dalam bahasa Inggris kuno,
boleh-boleh saja, tetapi Tuhan juga mengerti bahasa Inggris modern.
Tuhan bahkan mengerti dialek-dialek atau bahasa daerah.

Bagaimana seandainya kita harus mempelajari bahasa Ibrani agar Tuhan
mengerti apa yang kita ucapkan? Menyedihkan sekali. Pada masa
lampau, ada orang yang beranggapan bahwa Anda harus mengerti bahasa
Latin supaya benar-benar berbicara dengan Tuhan. Kita tidak harus
berbicara dalam bahasa Ibrani atau Yunani untuk berbicara dengan
Tuhan. Tidak juga harus berbicara dalam susunan bahasa yang benar
atau bahasa kuno. Bapa kita yang penuh anugerah mengerti hati kita
dan membantu kita bahkan saat kita tidak tahu harus berkata apa
dalam doa kita.

Saat berdoa, saya dapat bersandar dengan penuh keyakinan bahwa Tuhan
lebih tertarik dengan hati saya ketimbang kemampuan berbicara. Rasul
Paulus dengan indahnya meluruskan perbedaan antara berdoa di depan
umum -- diperlukan bahasa yang bisa dipahami oleh jemaat, dan berdoa
sendirian -- dengan bahasa yang mungkin hanya dimengerti oleh Tuhan.

Beberapa orang memilih menggunakan bahasa resmi dalam doa dengan
keyakinan bahwa bahasa sehari-hari tidak menunjukkan penghormatan
yang selayaknya kepada Tuhan. Tentu saja, ada doa yang tidak
menghormati Tuhan. Di luar masalah kata-kata, pusat perhatian kita
haruslah kepada Tuhan, bukan bahasa yang kita gunakan. Alkitab jelas
menyatakan bahwa Tuhan tidak memerhatikan susunan dan keindahan
bahasa kita. Dia memerhatikan sikap hati kita.

Jadi, kapankah kita salah berdoa? Kita salah kalau berdoa sekadar
untuk pamer. Baik pamer kepada Tuhan maupun orang lain, Tuhan tidak
terkesan dan tidak memedulikan kata-kata orang lain.

DOA YANG MEMBENARKAN DIRI SENDIRI

Lukas 18:9-14 berkata, "Dan kepada beberapa orang yang menganggap
dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus
mengatakan perumpamaan ini: 'Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk
berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah,
aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua
orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezina dan
bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali
seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani
menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya
Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu:
Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan
orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan
direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

Saat kita membenarkan diri sendiri, doa kita memuakkan. Ketika kita
datang kepada Tuhan dengan kebenaran diri sendiri, berpikiran
barangkali Tuhan akan terkesan dengan kita, Tuhan jijik dengan doa
kita. Alkitab menuliskan bahwa kebenaran diri kita seperti kain
usang dalam pemandangan Allah. Ini berarti bahwa hal terbaik yang
bisa kita kerjakan bagi diri kita jauh berada di bawah standar
Allah.

Yesus berkata, "Diberkatilah mereka yang miskin rohani." Tuhan
senang sekali kepada orang yang datang berkata; "Tuhan kasihanilah
saya. Saya tidak layak dalam segala hal kecuali neraka, tetapi saya
datang kepada-Mu dalam nama Yesus karena Yesus adalah harapan saya
satu-satunya."

Apakah kita benar-benar menghayatinya saat kita menyanyi lagu "Ajaib
benar anugerah. Kuhilang, buta, bercela, oleh-Nya kusembuh." Apakah
sebagian dari kita berpikir, "Ajaib benar anugerah. Selamatkan orang
baik dan warga negara yang taat seperti 'Aku'?"

Apakah kita meluangkan cukup banyak waktu untuk membandingkan diri
kita dengan orang lain dan mengucap syukur bahwa kita tidak seperti
mereka? Siapakah yang Anda remehkan? Alkoholik, pecandu narkoba,
pelacur, kaum homoseks ... anggota-anggota denominasi lain? Tuhan
tidak terkesan dengan kebaikan kita. Jika saya mendapatkan apa yang
selayaknya saya dapatkan, saya ke neraka. Jika Anda mendapatkan apa
yang selayaknya Anda dapatkan, Anda juga ke neraka.

Secara teori, saya tahu bahwa hal ini benar, tetapi kita benar-benar
tidak ingin melihat diri kita pada tingkatan yang sama dengan
"orang-orang tersebut". Seharusnya tidak pernah ada tempat untuk
memegahkan diri selain dalam salib Yesus Kristus. Dialah
satu-satunya harapan kita. Dialah kebenaran kita. Dialah kedamaian
kita. Dialah Tuhan kita. Kita tidak memiliki harapan lain. Jika doa
kita tidak didasarkan pada kesadaran akan kekudusan Allah,
keberadaan dosa, dan kebutuhan kita akan anugerah Allah, doa kita
akan sepenuhnya keliru. Jika kita berusaha mengelabui Tuhan dan
membuat-Nya melakukan keinginan kita, Dia tidak akan mendengar
doa-doa kita dan menjawab sebagaimana yang kita inginkan. Tuhan
memberikan kita belas kasihan dan tidak terbujuk oleh pembenaran
diri sendiri.

Saat saya masih anak-anak, pendeta saya menceritakan kisah tentang
seorang perempuan yang pergi untuk melihat hasil fotonya di studio
foto. Dia mengamati-amati foto tersebut dengan teliti dengan alis
yang berkerut dan akhirnya berkata kepada sang fotografer, "Saya
tidak merasa foto-foto ini memperlakukan saya dengan adil.
Fotografer tersebut menjawab, "Bu, Anda tidak perlu keadilan, Anda
perlu kemurahan." Kita semua perlu kemurahan. Saat kita membenarkan
diri sendiri, doa kita akan memuakkan bagi Tuhan.

TERIKAT DENGAN DOSA

Mazmur 66:18 berkata, "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku,
tentulah Tuhan tidak mau mendengar."

Berdoa merupakan hal yang keliru kalau kita masih terikat dengan
dosa. Jika kita rindu doa kita didengar oleh Tuhan, kita perlu
berdoa dengan sikap yang penuh pertobatan. Kita harus siap diubah.
Chuck Swindoll menceritakan sebuah kisah berikut. Dia menerangkan
bahwa IRS (Departemen Pajak Amerika) telah menerima sebuah amplop.
Di dalamnya terselip sebuah catatan tanpa tanda tangan yang
berbunyi: "Beberapa tahun yang lalu, saya melaporkan pendapatan saya
di bawah angka yang sebenarnya dan menghindari beberapa jenis pajak
yang membuat saya berutang pada pemerintah. Hati nurani saya
benar-benar mengusik saya akhir-akhir ini dan karenanya saya
sertakan AS$ 1.000. Jika hati nurani saya terus meresahkan, saya
akan kirim sisanya."

Inilah keadaan manusia. Kita merasa bersalah, jadi kita mengaku.
Namun sering kali pengakuan kita mengarah pada pengakuan yang
setengah-setengah. Kita tidak ingin berubah sepenuhnya. Kita
menghargai kenyamanan daripada kekudusan. Kita hanya bertobat
sedikit sampai kita merasa lebih baik. Sulit untuk benar-benar
mengibaskan "dosa peliharaan", dosa yang "sangat mudah membelit
kita".

Apa yang Anda duga saat Tuhan harus memberi tahu umat-Nya pada masa
Perjanjian Baru: "Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala"?
Ini merupakan masalah yang kita hadapi. Kita semua terus-menerus,
bahkan sebagai orang percaya, ditarik ke arah dosa. Kita memiliki
kecenderungan untuk menempatkan hal-hal lain pada tempat yang
seharusnya dimiliki Tuhan. Ketika Tuhan menunjukkan kepada kita
bahwa ada sesuatu yang salah dan kita perlu bertobat, kita mau
bertobat setengah-setengah saja.

Kadang-kadang, orang memberi tahu saya tentang seseorang yang
hidupnya sudah berubah: "Benar-benar kelihatan lebih baik. Mereka
telah membuat perubahan 360 derajat. Mereka berusaha untuk berubah."
Di luar kekurangan pengertian mereka terhadap geometri, orang ini
mungkin berbicara tentang sesuatu yang lebih benar ketimbang yang
disadarinya. Sebuah perubahan 360 derajat berarti saya menuju ke
arah yang salah dan melihat bahwa saya akan pergi ke arah yang salah
sehingga saya mengambil beberapa belokan, tetapi akhirnya, saya
masih berada di arah yang salah.

Beberapa dari kita bertobat dengan cara seperti ini: kita datang ke
gereja, mengatakan sebuah pengakuan, dan berteriak, "Tuhan
kasihanilah saya. Saya perlu berubah." Kita melakukan beberapa
putaran dan saat keluar dari pintu gereja, kita tetap hidup
sebagaimana kita hidup sebelumnya. "Seandainya ada niat jahat dalam
hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar." Kita harus benar-benar
bertobat dan meninggalkan dosa. Doa bukanlah pengganti pertobatan.
Pertobatan yang sesungguhnya membawa perubahan abadi.

PENGGANTI KETAATAN

Keluaran 14:13-16 berkata, Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu:
"Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari
TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir
yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk
selama-lamanya. TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam
saja." Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Mengapakah engkau
berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel,
supaya mereka berangkat. Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan
ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang
Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering."

Kalau kita berusaha menggunakan doa sebagai pengganti ketaatan, hal
tersebut merupakan kekeliruan. Seandainya saya berada di sana dan
mendengar Musa berbicara, saya akan menanggapinya dengan antusias,
"Amin, ajarkanlah hal itu, Saudara. Kita perlu berdiri teguh. Saat
kita berada di antara Laut Merah dan tentara Mesir terperangkap di
antara sebuah batu karang dan sebuah tempat yang sulit, kita perlu
berdiri teguh. Haleluya. Gloria bagi Tuhan." Respons saya muncul
untuk sebuah khotbah yang bagus, tetapi Tuhan tidak terkesan dengan
rencana Musa.

Tuhan berkata kepada Musa, "Kenapa kamu berteriak kepada-Ku? Beri
tahu orang-orang itu untuk bergerak." Musa harus kembali pada
orang-orang tersebut dan berkata; "Ada perubahan rencana. Kita
bergerak maju." Bergerak maju benar-benar merupakan tantangan bagi
orang-orang ini. Ada lautan di depan mereka. Tidak bisa diabaikan.
Bagi mereka untuk melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, diperlukan
mukjizat.

Apakah Tuhan pernah meminta kita untuk melakukan sesuatu yang tidak
mungkin kita lakukan kecuali kalau Dia ikut campur tangan?
Contohnya, "Jadilah sempurna karena Aku sempurna." Satu-satunya cara
agar kita bisa mematuhi Tuhan adalah jika Tuhan melakukan mukjizat.
Inilah yang Tuhan ingin kerjakan dalam setiap aspek kehidupan kita.
Dia ingin melakukan mukjizat. Dia ingin menjalani kehidupan-Nya
melalui kita sehingga dengan anugerah-Nya kita mampu menjadi seperti
Yesus. Ini merupakan rencana Tuhan bagi kita.

Dalam 1 Korintus 2:9 kita diberi tahu: "Apa yang tidak pernah
dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang
tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan
Allah untuk mereka yang mengasihi Dia...." Kerinduan Tuhan bagi Anda
merupakan sesuatu yang supernatural, sangat mulia, dan sangat
mengagumkan, bahkan Anda tidak bisa membayangkannya. Apakah Anda
percaya kepada Tuhan?

Anda lebih dari sekadar diampuni oleh-Nya. Pengampunan hanyalah
bagian dari paketnya. Tuhan tidak ingin hanya mengampuni Anda; Dia
rindu mengubah Anda. 1 Yohanes 1:9 berkata: "Jika kita mengaku dosa
kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni
segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." Firman
Tuhan itu benar. Dia ingin Anda seperti Yesus. Diperlukan sebuah
mukjizat untuk mewujudkannya. Tuhan berdiri di sana siap
melakukannya. Salah satu cara-Nya bertindak adalah melalui doa.
Namun, saat Tuhan menyuruh kita melakukan sesuatu, kita harus taat.
Jangan terus-menerus berdoa, tetapi tidak taat! Lakukanlah apa yang
diperintahkan Tuhan!

Yohanes Krisostomus dianggap sebagai salah satu penulis dan
pengkhotbah yang masa depannya paling bagus pada abad gereja yang
ke-4. Pada masa tersebut, gereja mengalami penganiayaan yang
mengerikan, satu dari beberapa orang percaya lainnya datang ke
Yohanes dan berkata, "Saya hanya ingin merasa yakin bahwa Anda
mengerti mengapa saya harus ... [melakukan hal ini]. Saya tahu ini
salah."

Yohanes berkata, "Apa maksudmu berkata 'kamu harus'?"

Dia berkata, "Jika tidak, saya akan mati."

"Benar, lalu mengapa Anda 'harus' melakukannya?"

Yesus berkata: "Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat
membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah
terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun
tubuh di dalam neraka." Takutlah akan Tuhan! Inilah permulaan
hikmat.

TAAT KEPADA TUHAN

Saat kali pertama jatuh cinta kepada istri saya, saya bertanya
kepadanya apa yang direncanakannya setelah lulus perguruan tinggi.
Dia menjawab bahwa dia berencana pergi ke ladang penginjilan ke
negara lain. Saya sangat kecewa karena saya sudah bertanya kepada
Tuhan tentang dipanggil atau tidakkah saya bagi penginjilan ke
negara lain. Saya percaya Dia memberi tahu bahwa pelayanan saya akan
berpusat di AS. Saya tahu bahwa saya akan berada di AS dan jika
Susan pergi ke negara lain, akan sulit mengembangkan sebuah hubungan
yang lebih serius.

Dengan harapan mungkin dia tidak yakin dengan panggilan Tuhan, saya
bertanya, "Kamu tahu pergi ke mana?" Saat dia menyebut satu tempat
tertentu, saya berpikir hubungan kami tidak bisa dilanjutkan.

Pada kesempatan lain, saya bertanya, "Berapa lama kamu merasa
terpanggil untuk penginjilan ke negara lain?"

Dia menjawab, "Saya tidak pernah merasa terpanggil untuk melakukan
penginjilan ke negara asing."

Merasa kaget, saya bertanya lebih lanjut, "Tapi kamu bahkan memberi
tahu saya ke mana kamu akan pergi sesudah selesai kuliah."

Dia berkata, "Saya akan pergi."

Saya bertanya,"Mengapa kamu akan pergi jika kamu tidak merasa
dipanggil?"

Dia menjawab, "Yesus berkata, 'Pergilah ke seluruh dunia dan
beritakanlah Injil.' Jadi, kecuali kalau Tuhan menunjukkannya, saya
akan pergi ke tempat yang kelihatannya paling membutuhkan."

Tiba-tiba, ada secercah harapan bagi saya. Dia berkata telah memilih
tempat untuk melayani karena dia berpikir saat ini tempat tersebut
paling membutuhkan bantuan. Dia mengerti bahwa dia tidak membutuhkan
pernyataan khusus dari Tuhan untuk berada dalam pelayanan. Tuhan
berkata, "Pergi", sehingga dia pergi. Dia siap untuk taat.

Beberapa waktu kemudian, saya bertanya kepada Susan, "Pernahkah kamu
merasa dipanggil Tuhan untuk melakukan sesuatu yang khusus dalam
hidupmu?"

Dia menjawab, "Oh, ya. Selama beberapa tahun saya merasa bahwa suatu
hari, Tuhan ingin supaya saya memiliki sebuah rumah bagi anak-anak
yang berada dalam situasi-situasi yang sulit."

Saya berkata,"Benarkah? Saya bisa menerimanya. Sebenarnya, kamu akan
senang membaca surat yang saya tulis untuk pembina saya di sekolah
menengah tentang sebuah rumah bagi anak-anak yang Tuhan percayakan
suatu hari."

Dia berkata, "Saya suka itu. Dan mungkin kamu ingin membaca surat
yang saya tulis buat pembina saya di sekolah menengah tentang rumah
yang Tuhan percayakan suatu hari."

Jadi, jelaslah kalau Tuhan menyatukan kami dan kami menikah pada
musim panas berikutnya. Tuhan memiliki rencana dalam hidup Anda dan
saya, tetapi Dia memberkati kita saat belajar untuk percaya dan taat
kepada-Nya. Doa tidak pernah bisa menggantikan ketaatan. Tuhan
mengingatkan jika kita menolak untuk mendengarkan firman-Nya, Dia
tidak akan mendengar doa kita. Amsal 28:9 berkata bahwa doa yang
demikian adalah kekejian.

Jika sesorang datang kepada saya dan bertanya apakah ia bisa
melakukan sesuatu untuk saya, mungkin saya memintanya untuk
mengambilkan saya segelas air. Jika ia menanggapinya dengan
antusias, tetapi tidak pernah pergi mengambilkan air, berarti ia
tidak melayani saya. Hal inilah yang sering kita lakukan kepada
Tuhan. Kita memohon agar Dia menunjukkan kepada kita apa yang Dia
inginkan, kita mengutarakan kasih kita kepada-Nya, tetapi kita tidak
melakukan apa yang diperintahkan-Nya kepada kita.

Tuhan memanggil kita untuk mendekat kepada-Nya. Saya tidak ingin
kehilangan apa yang Tuhan ingin kerjakan dalam hidup saya. Saya
tidak ingin Anda kehilangan apa yang ingin Dia lakukan dalam
kehidupan Anda. Kita perlu belajar 3berdoa. Kita perlu melakukan apa
yang difirmankan Tuhan.

Kita perlu mengingat bahwa doa-doa kita tidak benar jika
hubungan-hubungan lainnya retak. Doa kita tidak benar jika doa
tersebut hanya sekadar pamer. Doa kita tidak benar jika kita terikat
pada kebenaran diri kita sendiri. Doa kita tidak benar jika kita
bertahan untuk mencengkeram dosa yang ada dalam hidup kita. Doa kita
tidak benar jika kita terus-menerus menolak untuk taat. Doa bukan
pengganti ketaatan. Tuhan memanggil kita untuk taat. Akankan Anda
menaati-Nya?

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Rancangan-Nya Sempurna
Judul buku asli: Embracing His Will
Judul artikel: Pernahkah Berdoa Itu Salah?
Penulis: Jim Wood
Penerjemah: Ida Tjempaka Juwono
Penerbit: ANDI, Yogyakarta 2006
Halaman: 42 -- 56

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar