Kamis, 29 Juli 2010

Belajar Teologi Itu Berbahaya?

Belajar Teologi Itu Berbahaya?

Matius 28 : 16-20

28:16. Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah
ditunjukkan Yesus kepada mereka.
28:17 Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.
28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala
kuasa di sorga dan di bumi.
28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman."


Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa belajar teologi itu hanya
menggunakan pikiran atau logika saja, sehingga hatinya tidak tergarap. Mereka
berpikir belajar teologi itu membahayakan bagi pembentukan sikap hati. Bahkan
ada sementara orang yang memberikan konotasi negatif terhadap teologi itu
sendiri, dengan mengkaitkan teologi sebagai ajaran yang "sedikit menyimpang
dari kebenaran Alkitab", "hanya menggunakan otak saja", dan lain-lain. Mereka
juga lantas berucap bahwa belajar teologi membuat seseorang menjadi sombong
rohani seperti orang Farisi. Tentu saja semua itu pandangan yang picik dan
salah. Mereka yang memberikan tuduhan itu sendiri tanpa sadar juga sedang
berteologi. Bukankah kalau seseorang berkata "ALLAH itu begini", "ALLAH itu
begitu", ia telah berteologi? Semua orang bisa berteologi, dan memang berhak
untuk itu, tetapi jika tidak memiliki dasar berteologi yang sehat, kuat dan
murni, maka itu bisa sangat berbahaya.

Banyak orang yang melontarkan kritikan terhadap orang-orang yang belajar di
seminari atau sekolah tinggi teologia tidak sadar bahwa mereka sendiri
berteologi dan beroperasi di lingkungan pelayanan dan mengajar jemaat dengan
teologinya sendiri. Beberapa dari mereka menjadi pengkhotbah kaum awam dengan
tidak dibekali dasar teologi yang memadai. Namun jemaat menganggap mereka imam
dan guru, menghormati dan memercayai mereka. Sekalipun ajarannya tidak
berdasarkan penafsiran yang semestinya atas Alkitab, jemaat mudah menerimanya.

Janganlah kita berprasangka buruk kepada para pendeta dan teolog yang memang
menekuni bidangnya. Kritikan yang menghancurkan kepercayaan dan penghormatan
jemaat kepada pendeta khususnya dan jabatan-jabatan gereja pada umumnya
berbahaya untuk perkembangan gereja pada masa yang akandatang. Tanpa disadari,
jemaat bisa kehilangan kepercayaan terhadap hamba-hamba TUHAN yang memang
berhak dan mampu mengajar dengan benar, termasuk mengajar di sekolah-sekolah
teologi, juga terhadap orang-orang yang bergumul di dalamnya yang memang diberi
talenta oleh TUHAN untuk menjadi pemandu jemaat mengenal Alkitab dan
kebenaran-NYA.

Oleh sebab itu kita semua harus belajar teologi. Meskipun demikian, untuk itu
seseorang tidak harus masuk sekolah tinggi teologi, tetapi tekun giat menggali
kebenaran Firman TUHAN melalui berbagai sarana. Rajinlah menggali Alkitab,
membaca buku-buku rohani yang bermutu, dan mendengarkan khotbah-khotbah yang
menyampaikan Firman yang murni, maka teologi kita akan sehat dan murni. Begitu
pula untuk para hamba TUHAN di gereja, diharapkan menjadi alat TUHAN yang
efektif untuk menyampaikan kebenaran Firman TUHAN yang murni, menjadi sahabat
jemaat dalam memberikan pemahaman-pemahaman yang sehat akan Firman TUHAN.


http://virtuenotes.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar