Senin, 26 Juli 2010

Apakah Kebaikan Itu?

Kejadian 1 : 28; 2 : 15–17

1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:
"Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,
berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala
binatang yang merayap di bumi."

2:15 TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk
mengusahakan dan memelihara taman itu.
2:16. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam
taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,
2:17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah
kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."


Ketika orang berbicara mengenai kebaikan, sulitlah untuk membuat ukurannya.
Apa ukuran kebaikan itu? Biasanya, yang disebut kebaikan adalah melakukan
hukum atau peraturan-peraturan yang disepakati, dipercayai dan disetujui
bersama. Bila demikian, berarti kebaikan itu bisa relatif, artinya sesuai
dengan konsep hukum yang disetujui dan diakui sebagai hukum yang baik. Suatu
komunitas bisa mengatakan bahwa suatu tindakan itu buruk atau salah, tetapi
komunitas lain bisa berkata tidak, tergantung pada konsep mereka masing-masing
mengenai kebaikan itu. Jadi kebaikan tergantung pada subjeknya, bersifat
sangat subjektif. Dalam hal ini sebagai anak TUHAN kita tidak bisa mengukur
orang lain dengan ukuran kita, yaitu hukum kasih yang sempurna yang TUHAN
kehendaki untuk kita lakukan; sebab kebaikan mutlak itu hanya bisa dilakukan
oleh orang percaya yang menerima karunia kuasa untuk hidup sebagai anak-anak
ALLAH.


Ketika TUHAN menciptakan Adam dan Hawa, para manusia pertama itu tidak diajar
untuk melakukan suatu kebaikan, kecuali melakukan kehendak TUHAN yaitu
mengelola bumi yang TUHAN ciptakan (Kej. 1:28; 2:15) dan tidak makan buah
terlarang yaitu buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat (Kej. 2:16).
TUHAN tidak membuat hukum-hukum atau syariat-syariat, sebab itu tidak
dibutuhkan. Manusia dalam dirinya memiliki kemampuan untuk mengerti kehendak
TUHAN dan melakukannya dengan sempurna, tetapi ketika jatuh ke dalam dosa,
manusia tidak mampu melakukan kebaikan yang mutlak; artinya tidak mengerti apa
yang TUHAN kehendaki untuk dilakukan, manusia hidup hanya untuk menuruti
hasrat dirinya sendiri. Jadi, kejatuhan manusia ke dalam dosa itu pada
prinsipnya membuat manusia tidak dapat lagi mengerti kehendak TUHAN. Manusia
tidak mampu memahami pikiran dan perasaan TUHAN, apalagi melakukan apa yang
diinginkan TUHAN untuk dilakukan.

Akibat kejatuhan ke dalam dosa ini juga dapat dikatakan sebagai kerusakan.
Artinya, manusia tidak mampu melakukan kehendak TUHAN yang ideal, sebab mereka
tidak tahu apa kehendak TUHAN yang ideal itu. Setelah kita menerima anugerah
keselamatan melalui TUHAN Yesus lah kita dipulihkan, sehingga kita
disanggupkan untuk menerima perintah TUHAN Yesus, bahwa kita harus sempurna,
sebab BAPA kita di Surgaadalah sempurna (Mat. 5:48). Itulah kebaikan mutlak yang
harus dikejar oleh setiap umat Perjanjian Baru, yaitu melakukan kehendak
TUHAN: apa yang baik, yang berkenan kepada ALLAH, dan yang sempurna (Rm.
12:2).


Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
http://virtuenotes.blogspot.com

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar