Sabtu, 17 Juli 2010

Damai Di Tengah Krisis

Yohanes 16 : 31–33

16:31Jawab Yesus kepada mereka: "Percayakah kamu sekarang?
16:32Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan
masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri.
Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku.
16:33Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam
Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku
telah mengalahkan dunia."


Sejak tahun 1997, kata krisis menjadi populer di Indonesia. Hampir semua orang
menyebutnya, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Kata krisis telah akrab
di telinga kita dan menghiasi bibir banyak orang sejak negeri ini dilanda
krisis ekonomidan berbagai krisis lain, seperti krisis kepemimpinan, politik,
sosial, dan moral, sehingga krisis yang dihadapi adalah sebetulnya krisis
multidimensional.

Kata krisis sebenarnya berasal dari kata Yunaniκρίνειν (krinīn) yang artinya
"menentukan" atau "memutuskan". Kemudian kata ini diimpor ke dalam bahasa
Latin, sehingga menjadi krisis. Kata ini memiliki pengertian yang luar biasa
yaitu decisive moment atau "saat yang menentukan". Dalam pengertian luasnya,
kemudian krisis berubah makna menjadi "saat yang berbahaya dan
mengkhawatirkan". Sejajar dengan ini, kamus Bahasa Indonesiamengartikan sebagai
"keadaan yang berbahaya, genting atau dalam kemelut". Krisis juga bermakna
"saat penting untuk menentukan masa depan atau mengambil keputusan". Dalam hal
ini krisis bukan hanya berbicara mengenai keadaan saat krisis itu berlangsung,
tetapi juga masa depan seseorang di balik krisis tersebut.

iblis berusaha membuat krisis menjadi alat yang efektif baginya untuk
menghancurkan manusia, tetapi bagi anak TUHAN, justru keadaan krisis menjadikan
kita tergiring ke dalam Kerajaan-NYA. TUHAN Yesus berkata, sekalipun dalam
dunia kita mengalami penganiayaan (bentuk krisis), kita tetap dapat beroleh
damai sejahtera di dalam-NYA.

Bagaimana sikap kita terhadap krisis? Pertama, krisis itu sendiri bukanlah
satu-satunya masalah, tetapi ekor krisis itu sendiri perlu dilihat. Ini akan
membuat kita lebih serius menghadapi realitas hidup. Bukan saja realitas hidup
hari ini, tetapi juga kekekalan. Kedua, sumber masalah sebenarnya bukan hal-hal
yang tampak di sekitar krisis tersebut, tetapi ada yang jauh lebih dalam dan
terselubung yaitu hati manusia yang tidak memiliki damai.

Jadi tatkala kita bertemu seseorang yang sedang dilanda krisis, yang terutama
bukanlah bagaimana berdoa supaya krisisnya berlalu, tetapi bagaimana dirinya
bertumbuh dalam pengenalan akan TUHAN sehingga ia memiliki hubungan yang
harmonis dengan TUHAN. Itulah sebabnya seharusnya kita tidak cukup hanya
mendoakannya, tetapi selanjutnya orang tersebut haruslah juga diajar mengenal
kebenaran. Inilah yang dapat membawa seseorang kepada damai sejahtera ALLAH dan
ketenangan hidup baginya, walaupun masalah hidupnya belum usai.

http://virtuenotes.blogspot.com

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar